Burung hantu sejak lama lekat dengan citra misterius. Kebiasaannya yang aktif di malam hari membuat banyak masyarakat Indonesia menghubungkannya dengan hal-hal berbau mistis.
Di sejumlah daerah, suara burung hantu sering dianggap sebagai pertanda buruk, mulai dari kabar duka hingga simbol kehadiran makhluk gaib. Gambaran ini tumbuh dari sifat nokturnal dan suara seraknya yang bagi sebagian orang terdengar menggetarkan.
Namun pandangan tersebut tidak sepenuhnya benar. Secara ekologis, burung hantu justru merupakan predator penting yang membantu mengendalikan populasi hama, terutama tikus. Di sektor pertanian, keberadaan burung hantu dianggap menguntungkan karena mampu menekan kerugian akibat hama padi. Suara dan kemunculannya di malam hari merupakan bagian dari perilaku alami mereka, bukan pertanda mistis.
Di Indonesia, ada banyak jenis burung hantu, dan salah satu yang memiliki ciri khas menarik adalah burung hantu celepuk reban atau Otus lempiji. Spesies ini termasuk burung hantu endemik Kepulauan Sunda dengan tubuh kecil dan kemampuan adaptasi yang kuat sebagai hewan malam. Berikut sejumlah fakta menarik tentangnya.
1. Warna Cokelat sebagai Kamuflase Alami
Celepuk reban memiliki warna tubuh cokelat tua, cokelat muda, hingga abu-abu yang menyatu dengan lingkungan sekitar. Pola dan warna bulunya memudahkannya bersembunyi di pepohonan, dedaunan kering, hingga bebatuan. Ia juga memiliki sepasang “telinga” kecil di kepala yang sebenarnya adalah bulu yang terangkat.
Kamuflase ini membantu celepuk reban terhindar dari predator sekaligus memudahkannya mengintai mangsa. Dengan penyamaran alami tersebut, ia dapat bertengger atau terbang di malam hari tanpa mudah terdeteksi.
2. Memangsa Serangga hingga Burung Kecil
Berbeda dari beberapa jenis burung hantu yang memangsa hewan besar, celepuk reban cenderung memilih mangsa berukuran kecil. Serangga seperti jangkrik dan belalang menjadi makanan utamanya. Selain itu, ia juga memakan burung pipit, katak kecil, tikus, hingga kadal dan tokek.
Kebiasaan makan yang beragam ini membuat celepuk reban memiliki peran penting dalam menjaga keseimbangan ekosistem, terutama dalam mengendalikan populasi serangga dan hewan kecil lainnya.
3. Tubuh Kecil tapi Kemampuannya Tak Bisa Diremehkan
Ukuran celepuk reban memang relatif kecil, hanya sekitar 20–25 cm dengan berat 100–170 gram. Meski begitu, kemampuan berburu burung ini sangat andal. Ia memiliki refleks cepat, penglihatan tajam di malam hari, serta kemampuan terbang tanpa suara, sebuah ciri khas burung hantu yang membuat mangsanya tak sempat menyadari kehadirannya.
Cakar dan paruh yang kuat membuatnya mampu menangkap dan membunuh mangsa dengan efisien meski bertubuh mungil.
4. Bertelur di Lubang Pohon
Celepuk reban menjadikan lubang-lubang pohon sebagai tempat bertelur. Biasanya, satu sarang berisi satu hingga tiga butir telur. Sebelum digunakan, celepuk menyusun sarang dari serat tanaman atau dedaunan kering sebagai alas untuk menjaga suhu agar tetap stabil.
Musim bertelurnya berlangsung cukup panjang, dari Januari hingga Juli. Pada periode ini mereka cenderung lebih agresif dan akan menyerang burung lain yang mendekati sarang.
5. Suara sebagai Penanda Wilayah
Celepuk reban dikenal memiliki suara yang khas untuk menandai wilayah kekuasaannya. Menariknya, setiap individu memiliki suara yang berbeda, hasil evolusi yang memungkinkan mereka saling mengenali satu sama lain. Dengan begitu, burung-burung ini dapat menghindari konflik dan menjaga batas wilayahnya.
Suara yang berbeda-beda ini mirip dengan karakter suara manusia yang unik pada tiap individu.
6. Sering dijadikan Peliharaan
Burung hantu celepuk reban juga tidak jarang sering dijadikan peliharaan, mengingat tubuhnya yang kecil dan pakannya yang tidak terlalu sulit banyak orang yang menjadikannya sebagai hewan peliharaan. Ada yang membeli dari pasar ada juga yang memburu sendiri di hutan.
Burung hantu celepuk reban menunjukkan bahwa di balik kesan mistis yang sering melekat, burung hantu memiliki sisi ilmiah yang memikat dan peran ekologis yang penting. Keberadaannya bukan tanda bahaya, melainkan bagian dari keseimbangan alam yang perlu dijaga. [UN]