Ketika IMF Ingatkan Kemungkinan Depresi Besar Kedua

Direktur IMF Christine Lagarde [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Media massa Indonesia nyaris tidak ada yang memberitakan tentang Laporan Stabilitas Keuangan Global yang dirilis Dana Moneter Internasional (IMF) pada 5 Oktober lalu. Padahal, Direktur Pelaksana IMF Christine Lagarde dalam laporan itu secara jelas memperingatkan ekonomi global dibayangi tantangan besar bagaimana mencegah Depresi Besar kedua.

Tentu saja pernyataan ini berbeda dengan apa yang sering disampaikan Lagarde tentang perekonomian dunia yang stabil atau cukup sesuai. Barangkali karena itu pula mengapa IMF mengoreksi pertumbuhan ekonomi global menjadi 3,7 persen dari proyeksi sebelumnya: 3,9 persen.

Peringatan IMF itu langsung mendapat perhatian serius dari para ekonom dan mempercayai bahwa keruntuhan ekonomi dunia akan segera terjadi. Terlebih jarang sekali IMF mengeluarkan laporan dengan judul “A Decade after the Global Financial Crisis: Are We Safer?”

Respons terhadap laporan IMF itu tidak hanya soal ketakutan. Bahwa Depresi Besar kedua mungkin saja akan segera terjadi. Apalagi, salah satu topik utama yang dibahas IMF dalam laporannya itu berkaitan dengan utang global yang melonjak tajam akibat krisis keuangan global pada 2008.

Negara-negara yang terkena dampak krisis keuangan pada tahun itu berhasil keluar dari krisis untuk sementara. Itu karena pinjaman dan dolar yang dicetak dalam jumlah yang sangat banyak. Namun, 10 tahun setelah itu, negara-negara yang mendapat pinjaman 2008 belum mampu melunasi utangnya hingga saat ini.

“Faktanya, dunia kini berlimpah dengan utang dan lebih besar ketimbang 2008. Resesi kian mendalam dan siapa yang bisa mengendalikannya?” tulis thetrumpet.com pada Rabu (17/10).

Penetapan suku bunga rendah oleh negara maju dalam jangka panjang, IMF memperingatkan, juga berkontribusi menambah kerentanan keuangan global. Akumulasi utang publik dan terkikisnya penyangga fiskal di banyak negara karena krisis menunjukkan pentingnya membangun kembali fundamental perekonomian untuk menghadapi penurunan suku bunga berikutnya.

Laporan IMF juga menyebutkan, beberapa solusi manajemen krisis untuk 2008 dan 2009 tampaknya tak bisa lagi digunakan untuk menghadapi protensi krisis di masa depan. Dengan demikian, diperlukan solusi lain untuk menyelesaikan persoalan krisis keuangan global saat ini. Menurut IMF, total utang global pada 2008 mencapai 210 persen (US$ 113 triliun) dari PDB global. Sedangkan utang global saat ini mencapai 250 persen (US$ 167 triliun) dari PDB global. Untuk melunasi utang sebesar itu, dunia butuh sekitar 2,5 tahun.

Laporan IMF itu menunjukkan bahwa utang adalah persoalan serius dalam setiap level perekonomian. Selain, memberikan analisis soal risiko utama terhadap stabilitas keuangan global, laporan ini menilai secara menyeluruh agenda reformasi regulasi global selama 10 tahun terakhir dan melihat apakah ekosistem keuangan global sejak krisis sudah berkembang ke arah yang diinginkan: ke arah yang lebih aman. [KRG]