Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati
Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan pandangan pemerintah pada Rapat Paripurna di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta soal postur APBN/Antara

Koran Sulindo – Pemerintah melalui Kementerian Keuangan terus berupaya mempertahankan kredibilitas, kesehatan dan ketahanan APBN.

Pemerintah juga memahami bahwa perekonomian Indonesia masih dibayangi ketidakpastian.

Pendapat itu disampaikan Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati dalam Rapat Paripurna DPR, di Kompleks Parlemen, Senayan, Jakarta (31/5).

Pada Rapat Paripurna itu Sri Mulyani membacakan tanggapan pemerintah terhdapa pandangan umum fraksi atas Kerangka Ekonomi Makro dan Pokok-Pokok Kebijakan Fiskal dalam rangka Pembicaraan Pendahuluan RAPBN Tahun 2019

Sri Mulyani mengingatkan pentingnya untuk mempertahankan kredibilitas, kesehatan dan ketahanan APBN agar dapat menjadi instrumen utama kebijakan fiskal untuk menjaga stabilitas perekonomian.

Menkeu menjelaskan, pemerintah telah dan akan terus melakukan reformasi fiskal untuk menjaga momentum pertumbuhan ekonomi yang saat ini didukung oleh membaiknya kinerja investasi maupun ekspor.

“Namun, kredibilitas fiskal melalui instrumen APBN tidak bisa berjalan sendiri, karena membutuhkan dukungan dari stabilitas perekonomian yang kondusif,” kata Sri Mulyani.

Menurutnya, melihat kondisi terkini, stabilitas perekonomian harus didahulukan daripada mengejar pertumbuhan ekonomi.

“Pemerintah akan terus melakukan koordinasi intensif dengan otoritas moneter dan sektor jasa keuangan dalam melakukan langkah-langkah stabilisasi perekonomian domestik,” kata dia.

Sri Mulyani meyakini bauran kebijakan untuk stabilisasi yang didukung oleh upaya reformasi struktural secara berkelanjutan guna mendorong pertumbuhan ekonomi dalam jangka menengah maupun panjang.

“Sejalan dengan hal tersebut, pemerintah mengapresiasi pandangan mengenai perlunya penyusunan APBN yang kredibel untuk menjaga kepercayaan dunia usaha,” kata Menkeu.

Menurut rencana, penyusunan RAPBN 2019 akan dilakukan dengan asumsi dasar makro antara lain pertumbuhan ekonomi 5,4 persen-5,8 persen, inflasi 2,5 persen-4,5 persen dan nilai tukar rupiah Rp13.700-Rp14.000 per dolar AS.

Asumsi dasar makro lainnya adalah suku bunga SPN 3 bulan 4,6 persen-5,2 persen, harga ICP minyak 60 dolar AS-70 dolar AS per barel. Lifitng minyak bumi 722 ribu-805 ribu barel per hari dan lifting gas bumi 1.210 ribu-1.300 ribu barel setara minyak per hari. (CHA/TGU)