Kerajaan Medang (Wikimedia)
Kerajaan Medang (Wikimedia)

Jejak sejarah bangsa Indonesia tidak hanya membentang dalam bentuk tradisi dan budaya, tetapi juga tercermin dalam kerajaan-kerajaan besar yang pernah berjaya. Salah satunya adalah Kerajaan Medang, sebuah peradaban Hindu yang mencatatkan namanya sebagai penerus dari Kerajaan Mataram Kuno.

Meski telah berlalu ribuan tahun, Kerajaan Medang tetap menjadi simbol kebesaran dan kecerdasan nenek moyang kita dalam membangun sebuah peradaban yang meninggalkan warisan tak ternilai bagi generasi berikutnya.

Artikel ini akan menyusuri perjalanan Kerajaan Medang, dari awal berdirinya, masa kejayaan, hingga peninggalan-peninggalan yang masih bisa disaksikan sebagai bukti kejayaannya. Apa saja yang membuat kerajaan ini begitu istimewa dan relevan untuk dikenang? Mari kita pelajari lebih lanjut.

Awal Berdirinya Kerajaan Medang

Kerajaan Medang, atau dikenal pula sebagai Kerajaan Medang Kamulan. Kerajaan Hindu ini menjadi penerus dari Kerajaan Mataram Kuno di Jawa Tengah, dan melanjutkan perjalanannya di Jawa Timur pada abad ke-10.

Kerajaan Medang bermula di Jawa Tengah dengan ibu kota Wantan Mas di kawasan Sungai Brantas. Perpindahan ke Jawa Timur terjadi akibat letusan Gunung Merapi yang menghancurkan Kerajaan Mataram. Berdasarkan Prasasti Mantyasih, raja pertama Medang di Jawa Tengah adalah Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya.

Setelah berpindah ke Jawa Timur, kerajaan ini dipimpin oleh Mpu Sindok, yang juga menjadi raja pertama Medang di wilayah baru tersebut. Bersama istrinya, Sri Wardhani Pu Kbih, Mpu Sindok memerintah lebih dari 20 tahun dan mengeluarkan berbagai kebijakan strategis, seperti pembangunan bendungan dan waduk untuk mendukung kehidupan rakyat.

Puncak Kejayaan Kerajaan Medang

Kejayaan Kerajaan Medang dapat dilihat pada dua masa pemerintahan, yaitu saat dipimpin Raja Balitung (898–910 M) dan Raja Airlangga.
Pada era Raja Balitung, kekuasaan Medang meluas dari Bagelen di Jawa Tengah hingga Malang di Jawa Timur.

Sementara itu, masa Raja Airlangga diabadikan dalam kitab Arjunawiwaha karya Mpu Kanwa sebagai periode pemulihan dan perluasan kerajaan. Airlangga, keponakan Raja Dharmawangsa, memulihkan kehormatan Medang pasca-penyerangan Pralaya yang membunuh hampir seluruh keluarga kerajaan.

Di bawah Raja Airlangga, ibu kota kerajaan dipindahkan ke Kahuripan. Ia berhasil menaklukkan raja-raja bawahan Kerajaan Sriwijaya, mengembalikan stabilitas, dan memperkuat posisi Medang di Nusantara.

Runtuhnya Kerajaan Medang

Kerajaan Medang mulai melemah pada akhir pemerintahan Raja Airlangga. Untuk mencegah perang saudara, Airlangga membagi kerajaan menjadi dua: Kerajaan Janggala dan Kerajaan Kediri.

Pembagian ini dilakukan karena sang putri permaisuri memutuskan untuk menjadi petapa, sehingga kedua kerajaan diberikan kepada putra-putra dari selirnya.

Pembagian ini menandai berakhirnya era Kerajaan Medang dan memulai perjalanan baru bagi dua kerajaan penerusnya.

Peninggalan Sejarah Kerajaan Medang

Kerajaan Medang Kamulan meninggalkan berbagai peninggalan bersejarah yang masih dapat dilihat hingga kini, antara lain:

Prasasti

1. Prasasti Mpu Sindok: Menceritakan kehidupan politik Kerajaan Medang di masa Mpu Sindok.
2. Prasasti Bangli: Mengisahkan pembangunan candi untuk Rakyan Bawang, mertua Mpu Sindok.

Candi

1. Candi Prambanan
2. Candi Kalasan
3. Candi Ijo

Ketiga candi ini menjadi bukti kejayaan Kerajaan Medang saat masih berada di Jawa Tengah.
Kerajaan Medang bukan hanya menjadi simbol kejayaan masa lampau, tetapi juga bukti kemampuan nenek moyang kita dalam membangun peradaban yang berlandaskan nilai-nilai luhur. Kebijakan strategis para raja, karya seni yang diabadikan dalam prasasti dan candi, serta kisah perjalanan kerajaan ini memberikan pelajaran berharga bagi generasi penerus.

Sejarah Medang mengingatkan kita akan kekayaan budaya Indonesia dan pentingnya menjaga serta mempelajari warisan tersebut untuk masa depan. [UN]