Contoh Menembak yang Baik
SEPERTI juga halnya ketika menjalankan tugas negara di Bareskrim Polri, Komisaris Jenderal Polisi Budi Waseso harus datang ke kantor di BNN hampir selalu lebih pagi dari anak-anak buahnya. Dia kerap datang ke kantornya di Cawang, Jakarta Timur, pada pukul 06.00 WIB, dan baru pulang menjelang tengah malam. “Saya mengukur beban tugas. Beban pekerjaan saya ini bisa diselesaikan jika saya mengawalinya pukul 06.00 WIB. Itu pun sampai pukul 23.00 WIB sering belum selesai,” ujarnya.
Ia mengaku, dirinya menyadari benar, tugasnya tersebut merupakan adalah amanah dari negara. “Dan saya diberikan amanah oleh negara lebih dari anggota-anggota saya, maka beban tugas saya lebih banyak. Sekarang gaji lebih besar, tunjangan lebih besar, fasilitas juga lebih dari anggota saya, maka saya harus menyelesaikan beban tugas saya yang tidak normal. Jam satu dini hari pagi saja, saya harus mengecek anggota saya yang di lapangan untuk langkah-langkah teknis penanganan pemberantasan narkoba. Anggota di lapangan setengah mati itu,” kata Budi Waseso.
Memang, jenis pekerjaan di BNN cenderung homogen daripada di Bareskrim Polri. Tapi, di BNN lebih dinamis. “Di Bareskrim, kami masih bisa menunggu laporan. Tapi, di BNN, tidak akan ada yang melapor. Karena itu, kami harus mengungkap dan proaktif. Mengungkap jaringan narkoba itu harus diikuti terus. Itu sebabnya disebut kejahatan luar biasa, sehingga penanganan juga harus luar biasa. Begitu ada jaringan narkoba yang tertangkap di daerah, saya harus terus mengikuti,” ujarnya.
Jika seandainya dalam tugasnya nanti berhadapan dengan bandar narkoba yang bersenjata api dan mencoba menembak dirinya, Budi Waseso mengaku tak akan gentar. “Kalau ada yang meminta contoh menembak yang baik, saya masih bisalah. Kami kan terlatih dan dilatih,” tuturnya.
Sebagai Kepala BNN, ia berharap masyarakat harus melihat masalah narkoba secara lebih komprehensif. Karena, menurut Budi Waseso, narkotika bukan hanya masalah penyalahgunaan dan peredaran, tapi juga telah dijadikan alat untuk menghancurkan bangsa dan negara. “Generasi kita sudah jelas-jelas dihancurkan, dari umur yang terendah, bayi, sampai yang tertua sudah terkontaminasi narkoba. Ini akan menghancurkan generasi kita ke depan. Bagaimana kalau generasi kita habis? Semoga masyarakat sadar untuk berbuat dengan perannya masing-masing dalam melakukan pencegahan dari penyalahgunaan narkoba,” katanya.
Ia berharap semua pihak ikut berperan menyelamatkan generasi penerus bangsa dari masalah narkotika. “Makanya, ayo kita katakan ‘Narkotika No!’. Jika masuk ke narkotika, kita akan sulit lepas, walaupun sudah menjalani rehabilitasi,” ujar Budi Waseso. [Foto: Yudha Marhaena]