Koran Sulindo – Tingkat inflasi bulanan pada Juni 2017 disebabkan oleh kenaikan beberapa tarif seperti tarif listrik, tarif angkutan udara dan tarif antar-kota. Tingkat inflasi pada bulan ini mencapai 0,69 persen lebih tinggi dari prediksi pemerintah dan Bank Indonesia sebesar 0,5 persen.
Tingkat inflasi bulan ini juga lebih tinggi dibandingkan dengan inflasi Juni tahun lalu yang hanya 0,66 persen. Menurut Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Suhariyanto, kenaikan harga pangan pada bulan Ramadan kali ini tidak terlalu mempengaruhi tingkat inflasi pada Juni 2017.
Pasalnya, harga pangan pada bulan Ramadan disebut relatif terkendali. Itu sebabnya inflasi pada bulan Ramadan ini hanya tercatat 1,08 persen. Dengan demikian, inflasi Ramadan pada tahun ini lebih terkendali dibanding tiga tahun sebelumnya.
Data yang dimuat laman resmi BPS menyebutkan, inflasi terjadi karena kenaikan harga yang ditunjukkan naiknya seluruh indeks kelompok pengeluaran yaitu kelompok bahan makanan sebesar 0,69 persen; kelompok makanan jadi, minuman, rokok, dan tembakau sebesar 0,39 persen; kelompok perumahan, air, listrik, gas, dan bahan bakar sebesar 0,75 persen.
Lalu kelompok sandang sebesar 0,78 persen; kelompok kesehatan sebesar 0,34 persen; kelompok pendidikan, rekreasi, dan olahraga sebesar 0,07 persen; dan kelompok transpor, komunikasi, dan jasa keuangan sebesar 1,27 persen.
Sementara itu, inflasi inti pada Juni 2017 mencapai 0,26 persen dengan andil inflasi sebesar 0,15 persen. Kenaikan inflasi inti antara lain disumbang oleh kenaikan harga emas yang menumbangkan inflasi sebesar 0,02 persen.
Inflasi tertinggi terjadi di Tual sebesar 4,48 persen. Sedangkan inflasi terendah terjadi di Merauke sebesar 0,12 persen. Sedangkan deflasi tertinggi terjadi di Singaraja sebesar 0,64 persen, dan terendah terjadi di Denpasar sebesar 0,01 persen. [KRG]