Ken Arok: Cerita Tentang Legitimasi Serta Pertarungan Dinasti Politik dan Kekuasaan Kerajaan di Jawa (Bagian 3 – selesai)

Foto Ilustrasi (Kompas.com)

koransulindo.com – Kemudian, genderang perang Tumapel yang berhadapan dengan Kediri ditabuh, dan setelah melalui berbagai pertempuran yang terjadi, Kediri pun bertekuk lutut di hadapan Tumapel. Pertempuran di Ganter pada 1222 Masehi, memaklumatkan kemenangan Tumapel atas Kediri. Kediri kemudian berubah menjadi kerajaan bawahan dari Tumapel atau Singhasari, dan Ken Arok mentasbihkan dirinya sebagai Sang Rajasa, penguasa terkuat di wilayah Timur Jawa.

Anak keturunan Ken Arok atau kemudian dikenal sebagai dinasti Rasajasa, lahir sebagai dinasti keluarga baru dan dinasti terkuat, sekaligus memegang kekuasaan kerajaan baru yaitu Singhasari untuk menggantikan dinasti lama, keluarga atau dinasti dari kerajaan Kediri. Memang, kemudian Kerajaan Singhasari lebih disibukkan pada intrik dan konflik antarketurunan Sang Rajasa, dalam perebutan pucuk kekuasaan sebagai ratu di Singhasari. Hal tersebut tersampaikan seperti dalam cerita kutukan keris pusaka Mpu Gandring, yang akan memakan nyawa Sang Rajasa dan anak turunannya, sebelum kemudian Singhasari pun tamat oleh serbuan Jayakatwang, penguasa Gelang-Gelang yang juga anak keturunan penguasa Kediri.

Pada akhirnya, cerita Ken Arok seperti diproduksi untuk memperkuat dan melanggengkan sebuah kekuasaan, yang kemudian berusaha dipertahankan dengan berbagai legitimasi. Termasuk melalui mistisme dan kepercayaan yang berlaku di masyarakat.

Barangkali, cerita bahwa Ken Arok hanyalah anak orang desa atau bahkan penjahat yang kemudian menjadi raja, seolah menunjukan bahwa siapapun bisa menjadi raja. Tetapi, pada akhirnya, garis keturunan dan mistisme tentang pemegang wahyu kedaton atau kekuasaan, adalah syarat mutlak yang dipelihara untuk seseorang menjadi penguasa sah di Jawa. Ken Arok mungkin adalah orang desa atau penjahat, tetapi garis keturunan dan wahyu kekuasaan melalui takdir dari Dewa Brahma, menjadikannya “benar” untuk menjadi seorang raja.

Mistisme memang tidak terlepas dari cerita raja-raja Jawa. Mulai dari perwujudan dewa penguasa, anak atau titisan dewa seperti Ken Arok, hingga bagaimana wahyu pada pusaka sebagai simbol keabsahan seorang raja di era kerajaan Islam di Jawa. Bahkan, penguasa Mataram harus memiliki hubungan khusus dengan ratu penguasa laut selatan, sebagai simbol kekuasaannya yang direstui dalam dimensi manusia dan dimensi gaib. Pola menghubungkan kekuasaan politik dengan legistimasi berbau mistis seringkali masih kita temui, hingga sekarang dalam politik Indonesia saat ini.

Namun demikian, keberanian rakyat untuk menentang sistem yang tidak adil adalah motor utama untuk menemukan jalan keluar dari situasi tersebut. Kelahiran Singhasari adalah kelahiran yang dibidani dari keberanian rakyat, yang disambut oleh Ken Arok dari Tumapel untuk melawan kekejaman Raja Dandang Gendis dari Kediri. Pun demikian, jika kita mengingat bagaimana perubahan sosial dan kebudayaan di tengah rakyat, menjadi penentu perubahan kekuasaan kerajaan-kerajaan hingga sistem politik di Nusantara. [Catur]

(Selesai. Bagian pertama dapat dilihat di sini, bagian kedua ada di sini)

Baca juga: