Ilustrasi

Koran Sulindo – Terekam dalam pemberitaan berbagai media, Menteri Pertanian Amran Sulaiman di Pasar Induk Cipinang, Jakarta, pada 13 Mei 2017 mengatakan, Kementerian Pertanian siap meningkatkan jumlah produksi bawang putih lokal mulai tahun 2017 ini, untuk mengurangi ketergantungan Indonesia sekaligus menekan impor bawang putih dari negara lain.

Menurut Amran kala itu, Indonesia sebenarnya bisa mandiri untuk memenuhi kebutuhan bawang putih tanpa harus impor. Caranya sederhana: hanya butuh lahan seluas 100 ribu hektare. “Ya, kita tanam sendiri. Maaf, kami enggak boleh takabur, enggak terlalu sulit untuk swasembada bawang putih, hanya butuh 100 ribu hektare. Kalau padi 15-16 juta hektare, jagung yang kita enggak impor 6-7 juta hektare. Dua ini kurang lebih 20 juta hektare. Kalau bawang cuma 100 ribu hektare, saya merem selesai,” tutur Amran.

Dijelaskan lagi oleh Amran, salah satu lahan yang dibidik kementeriannya dan akan dikembangkan menjadi sentra produksi bawang putih adalah Temanggung, Jawa Tengah. Menurut Amran, di lokasi tersebut ketika itu sudah ada 1.000 hektare lahan bawang putih. “Di Temanggung dulu kami datang cuma 100 hektare. Hari ini sudah seribu hektare. Kami akan mau angkat lagi jadi lima ribu hektare tahun depan. Berikut kembali jadi 20 ribu hektare. Itu ada subsidinya. Kami bantu,” katanya.

Dalam kesempatan itu, Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Spudnik Sujono menjelaskan, bawang putih sebenarnya bisa ditanam di Indonesia. Sayangnya, pemerintah selama ini lebih tertarik mengimpor bawang putih dari Cina ketimbang produksi sendiri. Ini diperparah dengan mekanisme pembebasan impor yang bikin petani malas menanam. “Sebenarnya sanggup. Tapi, karena regulasi itu, kemudian petani enggak mau nanem. Tadinya petani kan banyak, sekarang hanya tinggal 20 ribu ton produksinya, tadinya itu memenuhi kebutuhan lokal. Tapi, karena impor, kita kalah, kita kalah efesiensi,” ujar Spudnik.

Menurut dia, selain Temanggung ada beberapa lokasi lain yang akan menjadi pertimbangan Kementerian Pertanian untuk memperbesar luas areal tanam bawang putih, misalnya di Nusa Tenggara Barat, Sumatera Barat, dan Solo-Jawa Tengah. “Itu kan setahun. Bawang putih kan ditanamnya setahun setelah ditetapkan, jadi enggak langsung, enggak gaduh, saya mempersiapkan nanti lokasinya dan benihnya,” ujar Spudnik.

Kenyataannya, Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kementerian Perdagangan Oke Nurwan pada Rabu ini (7/3) mengumumkan, Kementerian Perdagangan menerbitkan Surat Persetujuan Impor (SPI) untuk sekitar 200 ribu ton komoditas bawang putih kepada 13 perusahaan. Izin impor. SPI itu dikeluarkan seiring dengan tingginya kebutuhan nasional. “Izin impor untuk sekitar 200 ribu ton bawang putih,” ujar Oke Nurwan, seperti dikutip katadata.com.

Menurut Oke, Kementerian Perdagangan sekarang ini masih melakukan verifikasi data terhadap sejumlah perusahaan importir yang sedang mengajukan izin. Sebelumnya, berdasarkan situs Inatrade tercatat sekitar 11 perusahaan yang mengajukan izin impor. Perusahaan itu antara lain PT Maju Makmur Jaya Kurnia; Exindokarsa Agung; Pertani; Bumi Citra Bersama; Anugerah Makmur Sentosa; Sumber Alam Jaya Prima; Sumber Alam Jaya Prakarsa; Revi Makmur Sentosa; Haniori; Setia Maju Sejahtera Abadi, dan; Femarse Inti Mulia.

Kebutuhan bawang putih yang tinggi sebelumnya juga telah mendorong Kementerian Pertanian menerbitkan Rekomendasi Impor Produk Holtikultura (RIPH) untuk 400 ribu ton untuk komoditas bawang putih. Rekomendasi impor itu diberikan ke 37 perusahaan. Rekomendasi impor dikeluarkan setelah menimbang kebutuhan bawang putih nasional tahun ini diprediksi lebih besar dibanding kemampuan produksi dalam negeri.

Menurut Direktur Sayuran dan Tanaman Obat, Direktorat Jenderal Hortikultura, Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto, rekomendasi diberikan kepada perusahaan importir. Tapi, realisasi volume impor yang akan diberikan seluruhnya tergantung pada izin yang diterbitkan Kementerian Perdagangan. “Ini hanya rekomendasi, yang menentukan nanti adalah Surat Perizinan Impor,” tutur Prihasto.

Tahun 2018 ini, lanjutnya, produksi bawang putih diprediksi bisa mencapai 100 ribu ton, lebih tinggi dari realisasi produksi tahun lalu yang hanya kurang-lebih 70 ribu ton. Padahal, kebutuhan bawang putih nasional setiap tahun rata-rata tercatat sekitar 500 ribu ton. Karena itu, Indonesia masih perlu mengimpor bawang putih, kendati jumlahnya tahun ini sedikit lebih rendah daripada tahun lalu, dengan rekomendasi impor sebesar 400 ribu ton dengan asal nagara impor masih dari Cina. [RAF]