Kemenangan Trump, Ekstrem Kanan dan Imigran

Pidato kemenangan Donald Trump/latimes.com

Koran Sulindo – Donald Trump terpilih sebagai Presiden Amerika Serikat (AS) ke-45. Trump mengungguli Hillary Clinton lewat serangkaian kemengangan di negara bagian Florida, Ohio, Iowa dan North Carolina. Sementara Hillary hanya unggul di Virginia dan Nevada.

Hasil ini meruntuhkan berbagai hasil survei dan polling yang berbulan-bulan mengunggulkan Hillary. Lalu kemenangan di Wisconsin mengukuhkan Trump sebagai jawara pemilihan presiden AS kali ini. Ia mendapat lebih dari 270 electoral college dari 538 electoral college di 50 negara bagian AS.

Dalam pidato pertamanya setelah terpilih menjadi presiden, Trump melalui siaran langsung mengatakan, masa kampanye telah usai. Yang terpenting adalah bagaimana melakukan aksi. Ia berjanji menjadi presiden untuk semua warga negara AS.

“Saya akan membuat pertumbuhan ekonomi dengan dua digit. Dan akan menjadikan AS sebagai negara terkuat,” kata Trump.

Tak lalu janji Trump membuat warga imigran menjadi tenang. Situs imigrasi Kanada, misalnya, mengalami kerusakan karena banyak warga imigran mengaksesnya dan berniat meninggalkan AS. Karena itu, seperti diberitakan independent.co.uk pada Rabu (8/11), situs resmi Imigrasi dan Kewarganegaraan Kanada tak dapat diakses untuk sementara.

Kanada merupakan salah satu negara yang aktif menampung para imigran atau pengungsi dari Eropa. Pemerintah Kanada secara aktif menampung pengungsi korban perang seperti Suriah. Kanada mendapat pujian dari berbagai negara karena menyambut pengungsi atau imigran dengan hangat.

Selama kampanye, Trump kerap melontarkan pernyataan rasis, kefanatikan dan lain sebagainya. Investigasi motherjones.com menyebutkan, sejak Trump resmi mengumumkan maju menjadi calon presiden pada Juli tahun lalu, beberapa orang dan kelompok ekstrem kanan seperti Neo-Nazi dan Ku Klux Klan memberi dukungan kepadanya. Soal dukungan dari kelompok ekstrem kanan ini, Trump tak pernah membantahnya.

“Ini peluang besar yang mungkin tidak akan pernah datang lagi,” tulis Ketua Partai Nazi AS Rocky J. Suhayda dalam laman resminya beberapa waktu lalu.

Pengelola laman resmi Neo-Nazi yang juga pendukung Trump, Andrew Anglin dalam sebuah tulisannya mencaci Michelle Obama dengan menyebutnya sebagai “monyet”.

Soal ini, Anglin tidak menjawab secara langsung. Akan tetapi, ia mengingatkan jika Trump kalah dalam pemilu kali ini berarti ada kecurangan. Ini berarti sebuah penipuan dan semua pendukung radikal Trump akan menggunakan kekerasan untuk menggulingkan pemerintah AS.

Trump, kata Anglin, juga menganjurkan kebencian kepada orang kulit hitam, Latin, warga Muslim dan mengancam menghancurkan masjid di seluruh AS. Kendati mulai mengurangi kedekatannya dengan berbagai kelompok ekstrem, Trump tidak pernah menolak dukungan mereka.

Dalam berbagai kesempatan, Trump menolak memberi komentar atas dukungan kelompok ekstrem kanan kepadanya. Dan kini pada 8 November 2016, kenyataan yang diharapkan para pendukung ekstrem kanannya itu terwujud. Pidato perdananya sebagai presiden terpilih pada hari ini, Trump memastikan menjadi presiden seluruh warga negara. Walau pada saat yang sama ribuan – jika tidak ratusan ribu – warga imigran AS ingin pindah ke Kanada karena Trump. (KRG)