Kemegahan Stadion Lukas Enembe dan Jembatan Merah Youtefa

Stadion Lukas Enembe /ist

Tak cuma simbolis, Stadion Lukas Enembe dan Jembatan Merah Youtefa memiliki peranan yang teramat penting bagi sejarah nasional. Ya, keduanya menjadi saksi kunci dan juga saksi bisu dari perhelatan ajang olahraga nasional Pekan Olahraga Nasional (PON) XX Papua yang diselenggarakan pada Oktober 2021.

Keberadaan Stadion Lukas Enembe dan Jembatan Merah Youtefa menjadi penanda yang mengukuhkan eksistensi Bumi Cendrawasih sebagai bagian tak terpisahkan dalam sejarah nasional bangsa Indonesia khususnya dalam bidang olahraga. Keduanya dibangun dengan nilai yang fantastis, namun membesarkan prestise masyarakat di bagian timur Indonesia itu.

Meski, usia kedua infrastruktur itu terbilang masih belia, tapi keduanya terlihat kokoh berdiri untuk menyokong dan memberikan manfaat besar bagi warga lokal. Kini keduanya menjadi lokasi pembuka untuk menunjukkan keseriusan Papua menjadi tuan rumah dalam ajang olahraga nomor satu di Bumi Pertiwi.

Sebelum jauh ke sana, sebaiknya kita mengenal lebih jauh Stadion Lukas Enembe dan Jembatan Merah Youtefa yang saat ini berperan dan memberikan manfaat bagi masyarakat sekitar. Pembangunan stadion itu menghabiskan waktu hampir tiga tahun untuk kemudian berdiri dengan megah seperti saat ini. Stadion yang berada di Kampung Harapan, Nolokla, Sentani Timur, Kabupaten Jayapura, itu kini tampak berdiri kokoh.

Bila dilihat dari kejauhan, tampak luar stadion itu seperti bunga mekar. Fasad-fasad penopangnya yang terbuat dari baja memiliki motif dan karakter eksotis khas Papua. Rupanya yang eksotis itu semakin bertambah dengan kehadiran Istora Papua Bangkit yang terletak tak jauh dari stadion utama.

Berbentuk menyerupai rumah adat khas Papua yaitu Honai, Istora Papua Bangkit melengkapi Stadion Lukas Enembe yang disebut-sebut menjadi stadion termegah kedua di Indonesia. Hasilnya pun tak kaleng-kaleng, meski pemerintah harus merogoh kocek senilai Rp1,3 triliun serta dibangun oleh 900 pekerja konstruksi. Standar FIFA yang tinggi sudah digunakan di stadion yang berdiri di lahan seluas 13 hektar itu.

Infrastrukturnya pun terlibang wah, bila dilihat dari rumput Zoysia Matrella atau rumput Manilla. Kemudian, lapangan atletik bersertifikasi kelas 1 standar federasi internasional, hingga pencahayaan pintar yang bisa mengikuti musik. Semua fasilitas pendukung menggunakan standar kelas dunia. Stadion ini pun bahkan masuk dalam nominasi Stadion Terbaik Dunia pada 2019 dalam sebuah ajang asal Polandia lewat situs StadiumDB.com.

Dengan mengangkat bentuk simbolik kaya kearifan lokal, stadion itu pun bersaing dengan 21 stadion lainnya yang berasal dari 19 negara. Tentunya, itu menambah rasa kebanggaan tidak hanya bagi masyarakat Papua, tapi juga seluruh masyarakat di Indonesia.

Stadion Lukas Enembe sendiri mampu menampung pengunjung hingga 42.000 orang, tapi khusus pembukaan PON XX Papua hanya diperbolehkan 10.000 pengunjung yang ditampung.

Tempat ini tentunya menjadi sejarah penerimaan obor berbentuk tifa PON XX yang telah diarak ke berbagai wilayah di tanah Papua. Begitu juga ia bisa menandai momentum kebangkitan dan semangat baru bagi Papua serta menjadi lokasi pencetak juara dalam ajang nasional itu.

Selain Stadion Lukas Enembe, Jembatan Merah Youtefa juga menjadi saksi bisu gegap gempita pembukaan PON. Jembatan ini turut menjadi lintasan untuk final salah satu cabang olahraga yang dikompetisikan, yaitu sepatu roda dengan jarak 3000 meter.

Berdiri kokoh dengan warna khasnya yakni merah menyala, jembatan itu juga bisa menghubungkan masyarakat dari berbagai daerah di Kota Jayapura. Tentu ini lebih mudah mendapatkan akses menuju kawasan perbatasan dengan Papua Nugini.

Kini jembatan itu telah memberikan banyak manfaat usai diresmikan dua tahun lalu. Kehadirannya tentu membawa manfaat dan memudahkan masyarakat yang tadinya harus memakan waktu berjam-jam kini hanya butuh menghabiskan beberapa menit saja untuk melakukan mobilisasi.

Terlebih, jembatan ini menghubungkan dua pantai yaitu Pantai Hamadi dan Pantai Holtekamp. Kemudian ada fakta menarik di dekat Jembatan Teluk Youtefa. Di situ terdapat dua kampung adat yang membuat pemandangan terasa lebih berkearifan lokal, yaitu adanya kampung adat Tobati dan juga kampung adat Enggros yang keduanya berada di antara Jembatan Merah Youtefa.

Meski infrastruktur yang dihadirkan tampak modern, masyarakat adat tetap beraktivitas dengan menjaga budayanya. Misalnya seperti bermain bola di Lapangan Timbul Tenggelam, yang menjadi fakta unik lainnya yang hadir di dekat Jembatan Merah Teluk Youtefa. Keberadaan Lapangan Timbul Tenggelam ini mengikuti fenomena pasang dan surut air laut. Ketika momen air laut surut, masyarakat adat memanfaatkan kondisi itu untuk bermain sepak bola.

Kedua bangunan memang hanya bangunan yang tak bisa berbicara, tapi keduanya menjadi peristiwa bersejarah era ini. Berdiri selaras dengan gunung-gunung dan pantai yang eksotis, eksistensi keduanya patut dijaga dengan optimal agar cerita masa kini bisa terus diturunkan untuk generasi yang akan datang. [Wis]