Kematian Peserta Aksi Dipasung Semen Menjadi Saksi bagi Dunia

Almarhumah Patmi/omahkendeng.org

Koran Sulindo – Salah seorang peserta aksi Dipasung Semen Jilid II, Patmi (48), meninggal dunia Selasa dini hari ketika dalam perjalanan dari kantor YLBHI ke Rumah Sakit Carolus, Jakarta. Patmi meninggal di tengah perjuangannya menolak pendirian pabrik semen milik PT Semen Indonesia di Rembang dan Indocement di Pati.

“Kematian Bu Patmi menjadi saksi bagi seluruh dunia, bahwa warga masyarakat Indonesia masih harus menyatakan sikapnya sendiri karena tidak adanya pembelaan sama-sekali dari pengurus kantor-kantor pemerintah yang seharusnya mengurus nasib warga negara,” tulis rilis dari Koalisi Kendeng Lestari.

Aksi #Dipasung Semen itu dilakukan sejak Senin (13/3) lalu. Peserta dalam aksi kedua setelah 2016 lalu awalnya diikuti 9 peserta yang melakukan aksi sama tahun lalu. Namun belakangan peserta aksi yang ikut mengecor kakinya dengan semen terus bertambah. Terakhir 10 perempuan di luar petani Kendeng ikut berpartisipasi.

Patmi baru tiba di Jakarta pada Kamis (16/3) bersama kakak, adik, dan 55 warga dari Kabupaten Pati dan Rembang. Seizin suaminya, Patmi kemudian ikut mengecor kakinya.

Selama mengecor kakinya dengan semen, Patmi dan peserta aksi lainnya beraktivitas biasa dengan kaki terpasung.

Sejak awal aksi yang disebarkan di media sosial dengan tagar #DipasungSemen2 itu didampingi oleh tim dokter dari Yayasan Lembaga Bantuan Hukum Indonesia (YLBHI) yang bersiaga di lokasi aksi, di depan Istana Kepresidenan.

Mau Pulang           

Pada Senin (20/3), sejumlah perwakilan warga peserta aksi diundang Kepala Kantor Staf Presiden, Teten Masduki, untuk berdialog. Teten mengatakan penyelesaian konflik menunggu hasil KLHS. Teten juga meminta peserta menghentikan aksi.

Setelah pertemuan itu, Koalisi Untuk Kendeng Lestari memutuskan melanjutkan aksi namun hanya dengabn 9 orang saja, Sebagian besar warga akan pulang ke kampung halaman, termasuk mendiang Patmi.

Seluruh warga yang akan persiapan pulang, dilepas cor kakinya pada Senin (20/3).

Patmi sebelumnya dinyatakan sehat dan dalam keadaan baik oleh dokter, namun sekira pukul 02.30 WIB Selasa, selepas mandi, ia mengeluh badannya tidak nyaman dan mengalami kejang-kejang serta muntah.

Dokter siaga di YLBHI segera membawa Patmi ke RS St. Carolus Salemba, namun meninggal dunia dalam perjalanan. RS St. Carolus Salemba menyatakan Patmi meninggal mendadak sekira pukul 2.55 WIB dengan dugaan serangan jantung.

Jenazah Patmi dibawa pulang ke Desa Larangan, Kecamatan Tambakromo, Pati, pagi ini, untuk dimakamkan di desanya, sementara “dulur-dulur” Kendeng juga akan bertolak pulang menuju kampung halaman masing-masing. [DAS]