Pencemaran lingkungan akibat limbah mengakibatkan ikan-ikan mati di kawasan teluk Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) .Limbah itu berbentuk menyerupai gel dan diduga bersifat racun. Hingga kini (28/5) limbah terpantau masih menyebar mendekati area pantai.
Kejadian serupa pernah terjadi pada April lalu ketika limbah berbentuk gel menutup area seluas 10 hektar juga menyebabkan kematian ikan-ikan di area tersebut.. Kali ini, limbah itu muncul di sepanjang pantai Sonao dan Sarita, Desa Punti, Kecamatan Soromandi.
Pelaksana Tugas (Plt) Kepala Desa Punti Firi Firmasnyah menyebutkan limbah tebal itu mulai muncul sejak Kamis (26/5) sekitar pukul 09.00 Wita. Berdasarkan pantauannya limbah tebal itu menyebar dari arah Selatan yakni dari laut Wadu Mbolo.
“Penampakan limbah mirip Jelly kembali muncul di Perairan Sarita Desa Punti dari kemarin. Ini datangnya dari Selatan. Beberapa waktu lalu kan dia muncul di Wadu Mbol tanggal 27 April,” kata Firi, Jumat (27/5).
Ia menduga limbah itu beracun lantaran dirinya banyak menemukan ikan mati di perairan tersebut. Firi pun menghimbau agar warga tidak mengonsumsi ikan untuk sementara waktu.
“Jangan dikonsumsi ikan yang mati atau mengambang di perairan Sarita hari ini. Kita antisipasi agar tidak terjadi hal-hal yang tidak diinginkan,” ujarnya.
“Kenapa kita bilang beracun? Ya karena banyak ikan mati akibat limbah ini,” katanya menambahkan.
Menurut Firi, limbah tersebut masih berpotensi menyebar sampai ke pantai Paja Kiri.
Kejadian ini bukan yang pertama, tapi terjadi berulang kali. Terakhir, perairan Teluk Bima diduga tercemar oleh limbah gel yang berasal dari kegiatan usaha pada 27 April 2022.
Pencemaran air laut itu sudah terjadi sejak dua hari sebelumnya. Limbah itu tampak di sepanjang Pantai Amahami, Pantai Lawata, dan sekitarnya di kawasan Teluk Bima. [DES]