Kehidupan Ganda Klaus Fuchs: Ilmuwan Atom dan Mata-mata Soviet

Klaus Fuchs adalah salah satu ilmuwan terkemuka yang terlibat dalam Proyek Manhattan. (Sumber: Sulindo/Benedict Pietersz)

Spionase merupakan tindakan memata-matai atau menggunakan mata-mata, agen, aset, dan petugas intelijen, serta teknologi untuk mengumpulkan informasi rahasia, biasanya melalui cara ilegal.

Jenis informasi yang dicuri oleh mata-mata meliputi penempatan dan kemampuan militer, negosiasi politik dan keputusan kebijakan, kegiatan perekonomian, kerentanan keamanan siber, riset ilmiah, dan identitas dan aktivitas individu.

Selama Perang Dunia 2 dan Perang Dingin, Uni Soviet dan negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, menggunakan mata-mata untuk mengumpulkan informasi tentang satu sama lain. Riset ilmiah mengenai bom atom merupakan topik sensitif yang banyak diincar, umumnya atas dasar persaingan.

Salah satu mata-mata yang terkenal mengumpulkan jenis informasi tersebut untuk Uni Soviet adalah Klaus Fuchs.

Tahun-tahun Awal

Klaus Emil Julius Fuchs adalah seorang fisikawan teoretis dan mata-mata Soviet yang bekerja di Los Alamos selama Proyek Manhattan dan membocorkan rahasia atom ke Uni Soviet. Melansir dari Nuclear Museum, dia lahir di Rüsselsheim, Kekaisaran Jerman pada tanggal 29 Desember 1911. Fuchs belajar matematika dan fisika di Universitas Leipzig, tempat ayahnya mengajar teologi.

Pada tahun 1930, Fuchs bergabung dengan Partai Komunis Jerman. Kemudian, dia pindah ke Universitas Kiel ketika ayahnya menjadi profesor agama di sana. Setelah Nazi berkuasa, dia melarikan diri ke Inggris pada bulan September 1933 untuk menghindari penganiayaan.

Selama di Inggris, Fuchs bekerja sebagai asisten peneliti di Universitas Bristol untuk Nevill Mott, seorang profesor fisika. Fuchs menerima gelar Ph.D. dalam bidang fisika pada tahun 1937. Setelah lulus, Fuchs mulai bekerja di bawah bimbingan Max Born di Universitas Edinburgh, di mana dia kemudian memperoleh gelar Ph.D. dalam bidang sains.

Fuchs mengajukan permohonan kewarganegaraan Inggris pada tahun 1939, tetapi permohonannya belum diproses saat Perang Dunia 2 meletus di Eropa. Akibatnya, pada bulan Juli 1940 Fuchs ditahan sebagai pengungsi Jerman dan dikirim ke Quebec, Kanada. Namun, Profesor Born berhasil membebaskannya, dan Fuchs kembali ke Edinburgh dan melanjutkan pekerjaannya dengan Born d bulan Januari 1941.

Pada bulan Mei 1941, Rudolf Peierls, salah satu penulis Laporan Frisch-Peierls, mengundang Fuchs untuk bergabung dengan proyek penelitian bom atom Inggris, dengan nama sandi “Tube Alloys.”

Fuchs menjadi warga negara Inggris pada bulan Agustus 1942 dan kemudian menandatangani Undang-Undang Rahasia Resmi, yang berjanji untuk tidak membocorkan rahasia negara yang terkait dengan keamanan dan pertahanan nasional kepada pemerintah asing.

Namun, karena masih bersimpati terhadap tujuan Komunis, Fuchs mulai memberikan informasi rahasia kepada agen Kepala Badan Intelijen Soviet (GRU) tentang kemajuan proyek penelitian dan pengembangan atom Inggris. Berdasarkan keterangan Mi5, Fuchs diberi nama sandi REST dan dipindahkan di tahun yang sama ke agen GRU lainnya, Ursula Beurton (nama sandi SONYA). Keduanya bertemu secara rutin di Banbury, Oxfordshire. DI sini, Fuchs memberikan dokumen rahasia kepada Beurton.

Pada akhir tahun 1943, Fuchs menjadi bagian dari delegasi ilmuwan Inggris yang dikirim ke Universitas Columbia di New York untuk mengerjakan Proyek Manhattan. Secara khusus, dia mengerjakan pengembangan metode difusi gas untuk pengayaan uranium. Dia memainkan peran kunci dalam proyek tersebut selama tiga tahun berikutnya, mengembangkan banyak desain, persamaan, dan teknik yang digunakan untuk membuat bom atom pertama.

Selama periode ini, Fuchs mulai berhubungan dengan agen GRU bernama Harry Gold, seorang warga negara Amerika bernama dengan nama sandi “Raymond” dan GUS (“angsa” dalam bahasa Rusia), yang telah bekerja untuk Soviet sejak tahun 1934.

Proyek Manhattan

Fuchs dipindahkan ke Los Alamos pada bulan Agustus 1944 dan bekerja di Divisi Teoritis di bawah Hans Bethe dan Edward Teller. Di sana, dia menghitung perkiraan hasil energi dari ledakan atom, dan mengkhususkan diri dalam meneliti metode implosi atau ledakan ke dalam, dengan fokus khusus pada bom implosi “Fat Man”. Selain itu, dia hadir di Uji Coba Trinity pada tanggal 16 Juli 1945.

Fuchs terus memata-matai proyek bom atom Anglo-Amerika untuk Uni Soviet saat berada di Los Alamos. Titik kontak utamanya adalah Gold, yang bertugas sebagai kurir untuk sejumlah mata-mata lain di Los Alamos. Mi5 menyebut bahwa keduanya bertemu di sejumlah lokasi, termasuk New York City dan Santa Fe, New Mexico. Fuchs memberi Gold informasi tentang masalah teknis yang berkaitan dengan desain bom atom.

Selain memberi Gold rahasia tentang proyek atom Amerika, Fuchs juga menyampaikan informasi terperinci tentang bom hidrogen kepada Uni Soviet. Beberapa ahli memperkirakan bahwa kecerdasan Fuchs memungkinkan Uni Soviet mengembangkan dan menguji bom atom mereka sendiri satu hingga dua tahun lebih awal dari yang diperkirakan.

Setelah perang berakhir, Fuchs kembali ke Inggris dan melanjutkan pekerjaannya pada proyek bom atom Inggris sebagai kepala Departemen Fisika di Harwell Atomic Energy Research Establishment.

Baru pada tahun 1949, empat tahun setelah perang berakhir, kabel yang didekripsi dari proyek “Venona” milik United States Army Signal Intelligence Service (SIS) mengungkapkan bahwa Fuchs adalah mata-mata Soviet.

Fuchs ditangkap pada bulan Januari 1950 dan didakwa melanggar Undang-Undang Rahasia Resmi. Dia mengaku menjadi mata-mata untuk Uni Soviet dan dihukum karena melakukan spionase pada bulan Maret. Fuchs dijatuhi hukuman 14 tahun penjara, yang dia jalani selama 9 tahun. Kesaksiannya berujung pada penangkapan Harry Gold, David Greenglass, serta Julius dan Ethel Rosenberg.

Tahun-tahun Terakhir

Fuchs dibebaskan pada tanggal 23 Juni 1959 dan berangkat ke Jerman Timur, di mana dia diberikan kewarganegaraan dan diangkat sebagai Wakil Direktur Institut Pusat untuk Penelitian Nuklir di laboratorium Helmholtz-Zentrum Dresden-Rossendorf.

Dia juga merupakan anggota Akademi Ilmu Pengetahuan Jerman Timur dan penerima Medali Kehormatan Karl Marx tahun 1979, penghargaan tertinggi di Republik Demokratik Jerman (GDR) untuk prestasi luar biasa.

Fuchs pensiun pada tahun 1979 dan meninggal pada tanggal 28 Januari 1988 pada usia 76 tahun di Berlin Timur. [BP]