Penggunaan ratusan drone dan rudal oleh Iran yangsecara langsung menargetkan Israel pada hari Minggu (13/4) malam sebagai pembalasan atas serangan Israel terhadap konsulat Iran di Damaskus memiliki efek politik dan militer yang besar.
Ini adalah peringatan dari Teheran bahwa Israel tidak lagi menjadi kekuatan militer tunggal yang memiliki kebebasan menggunakan kekuatannya untuk menindas bangsa-bangsa lain.
Serangan Iran adalah serangan pesawat tanpa awak terbesar yang pernah dilakukan oleh negara mana pun, dan ini adalah pertama kalinya Iran menyerang Israel secara langsung.
Meski Israel mengkalim mampu menghadang sebagian besar rudal dan drone, Iran terbukti telah berhasil melancarkan serangan drone dan rudal terbesar yang pernah terjadi yang mencakup jarak terjauh dalam operasi militer sesungguhnya.
“Operasi tersebut mencapai tingkat keberhasilan yang melebihi ekspektasi kami,” kata Panglima IRGC Hossein Salami. Ia menambahkan bahwa proyektil tersebut hanya menargetkan lokasi militer, termasuk pangkalan udara Nevatim di gurun Negev yang diduga digunakan Israel untuk melancarkan serangan di konsulat Iran di Suriah.
Korps Garda Revolusi Islam (IRGC) menjuluki operasi tersebut sebagai “True Promise” untuk menunjukkan bahwa para pemimpin tertinggi di Teheran, termasuk Pemimpin Tertinggi Ayatollah Ali Khamenei, berniat menepati sumpah untuk menghukum Israel atas serangan yang dilakukan.
Serangan tersebut merupakan respons terhadap serangan Israel pada 1 April terhadap konsulat Iran di Damaskus yang menewaskan tujuh anggota IRGC, termasuk dua jenderal yang bertugas memimpin operasi di Suriah dan Lebanon, serta enam orang lainnya.
Iran juga mempunyai argumen kuat di Dewan Keamanan PBB, yaitu serangan terhadap misi diplomatik Iran di Suriah menandakan pelanggaran terhadap Konvensi Wina, dan karena Pasal 51 Piagam PBB memuat hak yang melekat untuk membela diri.
Teknologi Misil dan Drone Iran
Hingga kini belum ada konfirmasi resmi dari Iran mengenai berapa jumlah pasti drone atau rudal balistik dan jelajah yang digunakannya untuk menyerang Israel, namun militer Israel mengatakan lebih dari 300 misil dan drone telah diluncurkan Iran.
Drone Iran telah dikenal kedashyatannya, terutama setelah perang Rusia dan Ukraina. Militer Ukraina beberapa kali menyatakan bahwa drone Shahed milik militer Rusia rancangan Iran terus menghujani wilayah mereka .
Drone kamikaze Shahed-136 yang membawa hulu ledak relatif kecil dengan berat sekitar 50kg (110 pon) digunakan dalam serangan terhadap Israel.
IRGC mengatakan Shahed-238, yang ditenagai oleh turbojet dan bukan baling-baling pada model 136, juga digunakan dalam serangan itu. Model 238 mengorbankan beberapa kemampuan manuver untuk kecepatan yang jauh lebih tinggi yang diyakini mencapai 600km/jam.
Televisi pemerintah mengatakan rudal balistik jarak jauh Emad dan rudal jelajah Paveh juga digunakan militer Iran untuk menyerang Israel.
Pada bulan Februari, dalam latihan militer skala besar yang mencakup simulasi serangan terhadap pangkalan udara Palmachim di Israel , IRGC menggunakan rudal Emad dan meluncurkan rudal balistik Dezful dari kapal perang.
Iran juga memiliki Fattah, sebuah rudal balistik hipersonik yang secara teori dapat tiba di Israel hanya dalam waktu tujuh menit, bersama dengan varian rudal jelajah dari jenis yang sama.
Sebelumnya, Iran meluncurkan lebih dari 300 drone dan rudal ke Israel. Iran menyebut serangan udara tersebut sebagai “Operation True Promise”. Operasi ini dilancarkan sebagai balasan serangan Israel ke Konsulat Iran di Damaskus, Suriah pada 1 April 2024 lalu.
Serangan yang dilakukan Israel itu mengakibatkan gedung Konsulat Iran hancur dan merenggut 11 korban jiwa termasuk dua jenderal Iran. [NUS]