Kasman Singodimedjo. (Web Historia)
Kasman Singodimedjo. (Web Historia)

Kasman Singodimedjo adalah tokoh pergerakan Islam yang berpengaruh pada masa kolonial dan kemerdekaan di Indonesia. Ia lahir di Purworedjo pada 25 Februari 1908.

Ayahnya merupakan seorang polisi pamong praja di Lampung Tengah. Kasman menempuh pendidikan di Rechts-Hogeschool Doctoraal ex. Sociologisch Economisch-Richting pada tahun 1939 (Kementerian Penerangan Republik Indonesia, 1954: 95).

Pada tahun 1933-1940, ia juga mengajar di MULO Kesatrian, MULO Pendidikan Islam, MULO H.I.K., A.M.S Muhammadiyah, dan Mualimin-Mualimaat Muhammadijah.

Kasman pernah menjabat di Landbouw-voorlichting en Binnenvisserij r.d. Dienst v.d. Landbouw di Jakarta pada akhir pemerintahan kolonial Hindia Belanda. Di masa pendudukan Jepang, ia menjadi Yontoo Gizytoo dan masuk Tentara Pembela Tanah Air selaku Daidantyo.

Memasuki era kemerdekaan, pada tahun 1945-1948, Kasman menjadi Ketua Badan Keamanan Rakyat Pusat, Ketua Komite Nasional Pusat di Jakarta, Jaksa Agung, Kepala Bagian Kehakiman Tentara pada Kementerian Pertahanan, dan Menteri Kehakiman dalam Kabinet Sutan Sjahrir.

Ia juga pernah menjadi tenaga pengajar di Universiteit Islam Indonesia di Yogyakarta dan menjadi Juru Bicara Pemerintah Darurat Republik Indonesia di Jawa.

Pada tahun 1949-1950, Kasman menjadi penasihat delegasi Indonesia di Konferensi Meja Bundar, anggota Badan Pekerja Komite Nasional Indonesia Pusat, dan Wakil Dewan Fakulteit Hukum dari Universiteit Islam di Yogyakarta.

Kasman aktif dalam berbagai organisasi sejak tahun 1923-1935. Ia menjadi Troepscommandant dari Blauwe Troep N.I.P.V, Pengurus Jong Java, dan Ketua Umum Pengurus Besar Jong Islamieten Bond.

Ia juga turut membentuk Partai Islam Indonesia di Surakarta bersama tokoh-tokoh lainnya pada tahun 1938. Pada Muktamar 7 November 1945, Kasman terpilih menjadi Ketua Muda III Majelis Sjuro Muslimin Indonesia (Masjumi). Kasman juga pernah menjadi Ketua Muhammadiyah wilayah Jakarta pada periode 1939-1941.

Kasman memiliki pengalaman luas di dunia pemerintahan dan aktivisme pergerakan. Kedekatannya dengan tokoh-tokoh Islam di Muhammadiyah dan JIB membantunya memberikan kontribusi besar dalam perumusan dasar negara sebagai anggota Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia (PPK).

Sukarno yang memintanya menjadi anggota PPK-Indonesia. Kasman berhasil meyakinkan Ki Bagus Hadikusumo untuk menghapus tujuh kata dari Piagam Jakarta demi persatuan bangsa. Hasilnya, pada 18 Agustus 1945, “Ke Tuhanan Yang Maha Esa” disepakati sebagai dasar negara.

Pada masa kemerdekaan, tepatnya 29 Agustus 1945, Kasman dipilih sebagai Ketua Komite Nasional Indonesia Pusat (KNIP). Ia mendorong pendirian KNIP Daerah untuk memudahkan penyelesaian urusan di pusat dan daerah.

Kasman juga menandatangani Maklumat 9 Oktober 1945 tentang Mobilisasi Tentara Keamanan Rakyat untuk memperkuat keamanan.

Sebagai Jaksa Agung, Kasman menyusun administrasi dan personalia kejaksaan, serta memantau perkembangan kantor kejaksaan dan penjara. Ia juga mendampingi Sukarno dalam berbagai kunjungan ke daerah.

Kasman tetap aktif di Muhammadiyah sebagai bentuk meneruskan perjuangan Islam. Ia pernah dipenjara pada masa Hindia Belanda karena membela perjuangan Muhammadiyah. Kasman Singodimedjo tutup usia pada 25 Oktober 1982.

Negara memberikan penghormatan dengan menjadikan Kasman sebagai salah satu Pahlawan Nasional, sesuai dengan Keppres RI No. 123/TK/Tahun 2018. [UN]