Kartunis Kompas GM Sudarta Wafat

Ilustrasi: GM Sudarta/Youtube Bentara Budaya Jakarta

Koran Sulindo – Karikaturis Gerardus Mayela Sudarta (GM Sudarta) wafat sekitar pukul 08.25 WIB hari ini. Sudarta meninggal dalam usia 73 tahun. Jenazah disemayamkan di Rumah Duka Sinar Kasih, Batu Tulis, Bogor, Jawa Barat. Jenazahnya akan dikremasi.

“Telah meninggal dunia karikaturis Gerardus Mayela Sudarta (GM Sudarta), Sabtu (30/6/2018) pukul 8.25 WIB,” tulis akun Twitter harian Kompas, hari ini.

Karikaturis itu dikenal luas lewat karyanya ‘Oom Pasikom’, yang menghiasi harian umum Kompas setiap hari Minggu sejak 1967.

Pemimpin Redaksi Harian Kompas, Budiman Tanuredjo, mengatakan sekalipun berbentuk kritik karya GM tidak membuat orang lain marah.

“Dia karikaturis legendaris, kritiknya tak membuat orang marah tapi tersenyum. Mas GM juga karikaturis visioner,” kata Budiman, di Jakarta, Sabtu (30/6/2018), seperti dikutip antaranews.com.

Sementara mantan Wakil Pemimpin Redaksi Kompas, James Luhulima, menyebut GM sebagai sosok yang mampu menggambarkan situasi Indonesia melalui karikaturnya.

“Mas GM adalah salah seorang karikaturis terbaik yang dimiliki Indonesia. Ia dapat menggambarkan situasi yang dihadapi Indonesia dengan sangat baik dalam karikaturnya,” katanya.

Menurut James, GM Sudarta adalah salah satu ikon Harian Kompas.

“Kepergiannya tidak saja merupakan kehilangan bagi Kompas tetapi juga bagi bangsa Indonesia,” kata James.

Sudarta lahir di Klaten, Jawa Tengah, pada 20 September 1945.

Sejak 2010 lalu Sudarta dikabarkan sakit dan menjalani operasi tulang pada kakinya setelah jatuh dari kamar mandi. Selain itu ia dikabarkan juga mengidap penyakit kronis hepatitis C.

Dokter memvonis penyakit itu berjangkit di tubuhnya ketika Sudarta tengah menjadi dosen tamu di kampus Universitas Seika, Kyoto, Jepang. Kontrak kerja Sudarta sebagai pengajar mata kuliah seni kartun mulai tahun 2008 harus diputusnya di tengah jalan saat baru memasuki kurun satu setengah tahun dari lima tahun yang telah direncanakan.

Kartunis

Sementara itu Direktur Bentara Budaya Jakarta sekaligus sahabat GM Sudarta, Frans Sartono menceritakan, Sudarta lebih senang menyebut dirinya sebagai kartunis. Goresan karyanya berangkat dari jurnalisme yang lebih dikenal dengan istilah editorial kartun.

“Beliau lebih senang menyebut diri sebagai kartunis bukan karikaturis. Dia benar-benar kartunis yang berangkat dari jurnalisme. Jadi dia jenisnya editorial kartun artinya membawa visi dari medianya,” kata Frans, Sabtu (30/6/2018), seperti dikutip Kompas.com.

Makna kartun yang dibuat Sudarta berangkat dari gagasan, memberitahu tapi tidak menggurui bahkan tanpa niatan menyakit siapapun. Meskipun terkadang ada saja pihak-pihak yang merasa terusik atas karyanya yang kerap memasukan fenena sosial, politik, budaya hingga ekonomi.

Menurut Frans, memasuki masa pensiun, Sudarta kerap memberikan kontribusi kartun yang diterbitkan harian Kompas setiap minggu. Namun, tak jarang Sudarta mengirimkan karya tanpa diminta oleh redaksi. [DAS]