Koran Sulindo – Setelah mendapat kartu kuning dari Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Indonesia 2 pekan lalu, Presiden Joko Widodo mendapatkan kartu kuning kedua. Kali ini dari Ikatan Alumni UI (Iluni). Untunglah proses pemilihan presiden baru bermula sekitar 6 bulan ke depan, karena itu kartu-kartu kuning itu anggaplah diberikan hanya dalam pertandingan persahabatan, dan hangus sendiri ketika pertarungan riil terjadi nanti,
Yang jelas, setelah 3,5 tahun terakhir memimpin Indonesia, Presiden Jokowi mungkin sudah menyusuri seluruh wilayah Republik Indonesia, dari barat hingga ke timur, dari Sabang sampai Merauke, dari Miangas ke Pulau Rote. Perjalanan fisikal Jokowi mengunjungi wilayah-wilayah nusantara tersebut, mungkin hanya bisa disaingi Presiden Soekarno.
Seluruh blusukan Jokowi ini jelas bisa diartikan sebagai kampanyenya untuk Pemilihan Presiden pada 17 April 2019 nanti. Ia pastilah tahu pertarungan 14 bulan nanti itu bukan hal gampang dimenangkan.
Pencapaian terpenting Jokowi di bidang politik adalah konsolidasi basis kekuasaan. Jokowo sukses merangkul sebagian besar pendukung Koalisi Indonesia Hebat (KIH) dengan memberikan kursi kabinet bagi Partai Golkar dan PAN. Sebelumnya kabinet hanya diisi wakil PDI-P, PKB, Nasdem, Hanura. Hanya tinggal Gerindra dan PKS yang di luar.
Posisi terakhir, ia sudah diusung Partai Golkar, Nasdem, Hanura, dan PKPI untuk maju ke periode kedua. Berbagai lembaga survei juga selalu masih menempatkan namanya di urutan tertinggi baik dalam elektabilitas maupun kepuasan atas kinerjanya sebagai Presiden RI.
Juga survei Iluni pekan lalu, sebenarnya. Survei internal dengan menggunakan surat elektronik (email) itu menunjukkan sebanyak 48,8 persen responden mengaku tidak puas terhadap kinerja pemerintahan Joko Widodo dan Jusuf Kalla (Jokowi-JK).
“Yang puas 40,4 persen. Sebanyak 45,8 persen responden merasa tidak yakin dengan kinerja pemerintahan Jokowi-JK akan seperti yang diharapkan sampai 2019” kata Muhammad Fadli Hanafi, koordinator policy center ILUNI UI, pekan lalu.
Adapun yang yakin kinerja Jokowi-JK baik sebanyak 41 persen. Secara umum, suara kaum terdidik lulusan universitas terbaik di Indonesia itu didominasi ketidakpuasan,
Namun aspek fisik hasil pembangunan Jokowi di bidang infrastruktur sebanyak 54,6 persen menjawab puas, dan sebanyak 55,9 persen responden optimistis bahwa masa depan Indonesia akan lebih baik.
Di sisi lain, sebanyak 50,8 persen repsonden mengaku belum puas terhadap aspek peningkatan kesejahteraan, dan yang tidak puas sebanyak 35,9 persen. Digabungkan, angka ketidakpuasan terhadap Jokowi mencapai sekitar 85 persen. Bukan angka yang kecil, dan terasa ini adalah acungan kartu kuning kedua dari UI.
Survei ini melibatkan 502 responden (sekitar 2,5 persen dari total alumni UI yang mencapai 20.471 orang), berdasar survei online, dengan jenis survei kuantitatif, dan tingkat margin error 4,3 persen.
Walau bagaimanapun metodologi survei Iluni ini tak ilmiah-ilmiah banget, suara yang terdengar adalah dalam soal menyejahterakan rakyatnya, presiden masih sedikit bekerja. Bahkan jika ditelusuri ke detil-detil, hampir di dalam semua kriteria, rata-rata lebih di atas 50 persen responden kecewa.
Gincu
Ketua Policy Centre ILUNI UI,Berly Martawardaya, mengatakan tingginya angka-angka itu harus dilihat bahwa kebijakan ekonomi Jokowi yang lebih fokus pada pembangunan infrastruktur tidak dirasakan langsung rakyat.
“Infrastruktur masih seperti gincu. Terlihat tapi tidak terasa,” kata Berly.
Pemerintah harus membenahi kebijakan perekonomian dengan program-program yang lebih dapat dirasakan rakyat.
Deputi I Kantor Staf Presiden Darmawan Prasodjo membantah dengan menggarisbawahi fokus pemerintah membanguni nfrastruktur adalah untuk pemerataan akses ekonomi rakyat. Darmawan juga membantah bila pemerintahan Jokowi-JK tidak memperhatikan program-program yang langsung menyasar kepada masyarakat.
“Pemerintahan Jokowi-JK menambah alokasi APBN untuk yang langsung dirasakan rakyat, seperti pendidikan. Pendidikan dibandingkan dengan awal tahun 2014 yaitu sekitar 341 triliun sekarang naik jadi 441 triliun, naik 25 persen,” kata Darmawan.
Sekadar perbandingan, survei Indo Barometer yang dirilis dalam waktu yang sama dengan Iluni, menyajikan hasil serupa. Memang, sebanyak 58% responden ingin Jokowi menjadi presiden untuk kedua kalinya pada periode 2019-2024.
Margin of error survei ini 2,83 persen, tingkat kepercayaan 95 persen, dengan metode multistage random sampling dengan teknik pengumpulan data berupa wawancara tatap muka menggunakan kuesioner terhadap warga yang berusia minimal 17 tahun.
Sebagian besar responden memberikan sejumlah saran Jokowi agar kinerjanya lebih baik lagi sampai 2019. Yang paling banyak disampaikan agar perekonomian masyarakat stabil, mampu mewujudkan aspirasi rakyat, konsisten dengan pembangunan, dan meratanya kesejahteraan masyarakat.
Namun survei yang dilaksanakan pada 23-30 Januari 2018 di seluruh provinsi Indonesia dengan 1.200 sampel itu garis bawah tetap sama: kesejahteraan adalah utama.
Pak Jokowi, hati-hati, kartu kuning kedua dalam pertandingan sebenarnya, Bapak Presiden harus keluar lapangan. [DAS]