Koran Sulindo – Kapolri Jendral Pol Tito Karnavian menduga aksi penyerangan oleh seorang pria di Mapolres Banyumas, Jawa Tengah memiliki kaitan dengan aksi teroris di Tuban, Jawa Timur pekan lalu.
“Kita duga ada hubungan dengan instruksi untuk serangan balasan kepada kepolisian,” kata Kapolri, saat menghadiri Sespim Polri, di Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Selasa (11/4), seperti dikutip ntmcpolri.info.
Hari ini seorang pria ditangkap setelah mengendarai motor dengan kecepatan tinggi dan menabrak salah satu anggota Polisi, Aipda Ata Suparta, hingga keduanya pun terjatuh.
Pelaku yang membawa parang melukai dua anggota polisi lainnya yang berusaha menghadang, salah satunya Bripka Karsono terkena bacokan. Polisi saat itu tengah melakukan persiapan rilis kasus curat, pukul 10 pagi.
Pria bercadar yang menerobos Mapolres Banyumas itu diketahui kemudian adalah M Ibnu Dar (22) dari Purbalingga. Rumah Ibnu di Desa Karangaren, Kecamatan Kutasari, Purbalingga langsung digerebek polisi, Selasa (11/4) siang. Diketahui Ibnu tinggal sendiri di rumah itu.
Namun, kepolisian masih akan terus mendalami dugaan keterkaitan dengan kasus di Tuban, dengan memeriksa tersangka dan keterangan dari saksi-saksi.
Sebelumnya polisi menembak mati 6 terduga teroris yang melakukan penyerangan terhadap anggota kepolisian, di Tuban, Jawa Timur, Sabtu (8/4) lalu. Aksi ini diduga merupakan aksi balasan pasca penangkapan 3 orang terduga teroris di Lamongan, Jumat (7/4) satu hari sebelum aksi penyerangan itu.
Sementara untuk kasus Banyumas, Kapolri meminta menunggu penyidikan selesai. Namun ia yakin kuat dugaan ada hubungannya dengan aksi di Tuban.
“Nanti lihat. Kalau sudah selesai akan diekspose oleh Polda atau oleh Kadiv Humas,” kata Tito.
Memperketat Polres
Seelah penyerangan di Mapolres Banyumas tadi pagi, Polri akan memperketat keamanan di tiap Polres.
Kabag Penum Divisi Humas Polri Kombes Martinus Sitompul mengatakan, peningkatan keamanan tersebut merupakan upaya pencegahan supaya kejadian serupa tidak terulang kembali.
Polri akan mengeluarkan beberapa arahan yang bersifat dinamis dan akan disebar ke wilayah-wilayah Markas Kepolisian.
“Kita tentu akan meningkatkan kewaspadaan di setiap wilayah karena beberapa peristiwa terjadi di markas kepolisian. Nanti juga akan mengeluarkan beberapa arahan ke wilayah, yang memberikan perlindungan fisik bagi anggota atau markas kepolisian. Sifatnya dinamis terkait ada 2 aksi penyerangan anggota kita yang terjadi kembali di Mapolres Banyumas,” kata Martinus.
Polisi masih terus menyelidiki kasus penyerangan di Mapolres Banyumas.
“Masih kita sedang dalami, belum bisa kita sampaikan latar belakang siapa dia, apa terkait dengan kelompok atau jaringan teroris, karena masih dilakukan pemeriksaan intensif dari yang bersangkutan, terkait motivasinya melakukan penyerangan” kata Martinus.
Buntut Penangkapan Pimpinan JAD
Pada Sabtu (8/4) lalu, 2 anggota Satlantas Polres Tuban yaitu Aiptu Yudi dan Aiptu Tatag yang tengah bertugas di Jalan Raya Tuban-Semarang menjadi korban aksi balas dendam (amaliyah) oleh 6 anggota Jamaah Anshar Daulah (JAD) yang berafiliasi dengan ISIS.
Dari dalam mobil Daihatsu Terios H 9467 HR mereka menembaki polisi itu. Beruntung tembakan itu tidak menimbulkan korban jiwa. Salah satu proyektil peluru menyangkut di kopel. Usai melakukan serangan, pelaku melarikan diri. Mereka kemudian meninggalkan mobil di tepi jalan Desa Beji, Kecamatan Jenu, dan melarikan diri ke arah kebun jagung dan pemukiman warga.
Petugas gabungan menewaskan ke-6 tersangka teroris itu setelah terjadi baku tembak. Diduga aksi amaliyah tersebut dilakukan setelah tiga rekannya ditangkap tim Densus 88 Antiteror di Lamongan pada Jumat (7/4) pagi.
Dari para pelaku berinisial AH, SA, YR dan EP serta dua orang yang belum teridentifikasi di RS Bhayangkara, Surabaya, polisi mendapatkan 6 pucuk senjata api rakitan, pisau dan peluru.
“Mereka terindikasi berkaitan dengan jaringan JAD jadi memang sel-sel JAD saat ini memang mendapatkan semacam instruksi untuk melakukan kegiatan penyerangan kepada petugas,” kata Kepala Divisi Humas Polri, Irjen Boy Rafli Amar saat menggelar keterangan pers di Mabes Polri, Senin (10/4).
Mabes Polri telah menginstruksikan untuk meningkatkan kewaspadaan terutama ketika berada di ruang publik. Selain menggunakan senjata api, anggota JAD bisa merakit bom.
“Ini sangat mengganggu walau tidak kuat. Mengganggu ketentraman dan sangat merugikan ke masyarakat,” ujarnya.
Boy menduga, JAD saat ini sedang membangun sel jaring di Jawa Timur, Jawa Tengah, Jawa Barat, Kalimantan, dan Sulawesi Tengah. Generasi muda saat ini kata dia menjadi sasaran empuk perekrutan.
“Mereka senang yang muda lebih idealis, yang tua mungkin dianggap kurang lincah, berani. Muda lebih gesit dan mudah dimasuki. Membangun ketahanan anak-anak muda dari pengaruh ini harus kita lakukan sebagi upaya preventif,” ucap Boy.
Sebelumnya, Kepala Bagian Penerangan Umum (Kabagpenum) Divisi Humas Polri, Kombes Martinus Sitompul mengatakan ZA ditangkap bersama 2 terduga teroris lainnya yakni ZH dan AB di beberapa lokasi di Lamongan pukul 09.30 WIB. Ketiganya merupakan anak buah dari terpidana kasus teroris Aman Abdurrahman yang saat ini mendekam di LP Nusakambangan.
“Dari 3 orang ini, kita pahami ZA itu merupakan orang yg ditunjuk Aman sebagai pimpinan JAD,” kata Martinus di Mabes Polri.
ZA terlibat pembelian senjata api (senpi) yang berasal dari Filipina. Senpi tersebut dipakai dalam serangan bom Thamrin.
“Bisa jadi dia pimpinan lapangan. Kalau lihat sepak terjang ZA itu dia sudah memiliki kemampuan lebih. Sudah berangkat ke Filipina,” kata Martinus.
Martinus mengatakan, ketiganya diduga juga akan melakukan penyerangan di markas polisi wilayah Lamongan. [YMA/DAS]