Koran Sulindo – Kampanye pemilihan umum di Pakistan diwarnai dengan aksi bom bunuh diri dalam seminggu terakhir. Aksi bom bunuh diri itu lalu dikhawatirkan akan mengganggu kedamaian relatif menjelang pemilihan umum pada 25 Juli mendatang.
Kekhawatiran itu kian meningkat ketika bom bunuh diri terjadi di salah satu acara yang memobilisasi massa yang menewaskan sekitar 130 orang. Dengan kata lain, intensitas kampanye menjelang pemilu berbanding lurus dengan tingkat bom bunuh diri.
Akibatnya, peristiwa itu memicu ketakutan akan lebih banyak kekerasan di berbagai wilayah di negara dengan populasi 208 juta orang itu. Terutama untuk menggelar kampanye pemilu yang tentu saja akan memobilisasi massa yang bisa mencapai puluhan ribu orang.
Pemilu pada 25 Juli nanti akan diikuti puluhan partai politik termasuk Partai Tehreek-i-Insaf yang dipimpin Imran Khan dan Liga Muslim Pakistan-Nawaz di bawah pimpinan Nawaz Sharif, mantan Perdana Menteri Pakistan. Partai di bawah Khan merupakan oposisi terhadap partainya Sharif.
Partai Sharif yakin akan memenangi pemilu untuk kedua kalinya kendati Sharif dipenjara karena tuduhan korupsi. ISIS mengaku bertanggung jawab atas tragedi bom bunuh diri yang menewaskan ratusan orang beberapa waktu lalu.
Setelah serangan militer Pakistan terhadap ISIS dan Taliban, tingkat kekerasan di Pakistan menurun dalam beberapa tahun terakhir. Untuk pemilu pada 25 Juli nanti, tentara Pakistan akan mengerahkan sekitar 371 ribu personel. Jumlah ini meningkat 3 kali lipat jika dibandingkan dengan 2013. [KRG]