Rencana itu hanya urung setelah campur tangan Raja Tarumanegara Sri Maharaja Tarusbawa. Ia menyebut jangan timbul kesan gara-gara pinangannya ditolak Sriwijaya harus berperang dengan Kalingga. Jayanasa terpaksa mendengar keberatan Tarusbawa yang notabene adalah saudaranya.
Sebelum Ratu Shima mangkat Kerajaan Kalingga dibagi dua yakni di wilayah utara yang disebut sebagai Bumi Mataram diserahkan kepada Parwati dan Mandiminyak suaminya.
Sementara wilayah selatan yang disebut Bumi Sambara diserahkan kepada Narayana yang kemudian bergelar Iswarakesawa Lingga Jagatnata Buwanatala.
Sementara itu, karena kedua kakaknya Rahiyang Sempakwaja dan Rahiyang Kidul menjadi resi, Mandiminyak tampil sebagai Raja Galuh menggantikan ayahnya.
Selain beristri Parwati, Mandiminyak juga mempunyai anak dari Nay Pwahaci Rababu yang diberi nama Sena. Sena menjadi raja di Galuh namun Sena terusir dan melarikan diri ke sekitar lereng Gunung Merapi ketika anak-anak Sempakwaja merebut kekuasaan.
Nama Sena inilah yang disebut oleh Sanjaya dalam Prasasti Canggal sebagai pendahulunya. Sementara itu dari Prasasti Tuk Mas yang ditulis dengan huruf Pallawa dan dalam bahasa Sanskerta diperkirakan berasal dari masa abad ke-6 hingga abad ke-7 atau era Kerajaan Kalingga.
Meski sebagian aksara pada prasasti tersebut banyak yang rusak, namun pada beberapa bagian masih bisa dibaca menyebutkan adanya sebuah sungai yang mengalir bagaikan Sungai Gangga di India. Pada prasasti ini terdapat pula lukisan alat-alat, seperti trisula, kendi, kapak, sangkha, cakra, dan bunga tunjung. [TGU]
* Tulisan ini pertama dimuat Maret 2018