Tentu saja, dilihat dari jumlah penduduk Indonesia yang masuk ke dalam lima besar penduduk terbanyak sedunia, pasar dalam negeri untuk produk pakaian-jadi (garmen) masih sangat terbuka lebar. Dari data tahun 2011 saja terlihat, penjualan untuk produk pakaian jadi nasional menembus angka Rp 7 triliun. “Sekitar 45 persen dari itu merupakan garmen impor,” kata Ketua Umum Asosiasi Pertekstilan Indonesia (API) pada masa itu, Ade Sudradjat.
Dalam wilayah industri pakaian jadi di Indonesia juga terbuka ceruk pasar yang lebar untuk seragam dan pakaian kerja. Dari data API, sepanjang tahun 2011, pendapatan dari penjualan seragam dan pakaian kerja di Indonesia mencapai lebih dari Rp 9 triliun atau 10% dari target penjualan tekstil nasional yang sebesar Rp 95,5 triliun.
API mencatat, pertumbuhan kebutuhan seragam di dalam negeri mencapi 3% sampai 6% per tahun. “Indonesia adalah negara dengan industri tekstil dan produk tekstil paling terintegrasi di Asia Tenggara. Harusnya, kita bisa memanfaatkan pertumbuhan pasar dalam negeri,” ungkap Ade Sudradjat.
Ade memaparkan, kebutuhan seragam instansi pemerintah, termasuk TNI, menjadi pasar utama produsen tekstil lokal, yang mencapai 75% dari total pasar seragam nasional. “Nilai dan pasarnya meningkat terus. Apalagi, siklus pakai seragam bisa enam bulan sekali sampai satu tahun sekali,” kata Ade.
Kementerian Perindustrian pada tahun 2011 mencatat nilai pasar seragam dan pakaian kerja di Indonesia berkisar Rp 6,7 triliun sampai Rp 9,55 triliun. Dan, 100% seragam itu dipasok oleh industri dalam negeri.
Pangsa pasar pakaian seragam dan seragam kerja di Indonesia memiliki potensi besar, terutama dengan jumlah pekerja di instansi pemerintah dan swasta yang telah mencapai jutaan orang. Belum lagi dari segmentasi pasar anak-anak sekolah, komunitas, serta berbagai organisasi lain yang tumbuh subur seiring semakin terbukanya akses-akses informasi dan komunikasi di tengah masyarakat.
Seperti pernah disinyalir Ade Sudrajat pada 2011 lalu, industri tekstil di Tanah Air memang sedang memasuki masa kebangkitan lagi. Bukan hanya permintaan pasar yang tinggi, tapi juga semakin banyak investor yang ingin menanamkan modalnya ke industri ini. Dan, itu artinya, akan ada pemasukan bagi negara dan terbukanya lapangan kerja di dalam negeri, yang pada gilirannya akan meningkatkan kesejahteraan masyarakat dan memperkuat ekonomi nasional.
Jadi, jelaslah, industri seragam dan pakaian kerja di negeri ini memberikan kontribusi yang tidak sedikit bagi kemajuan perekonomian bangsa. Bahkan, sekali lagi, pertumbuhan industri ini di atas rata-rata pertumbuhan industri manufaktur.
Sementara itu, Kemenperin mencatat, industri kreatif menyumbang sekitar Rp 642 triliun atau 7,05% terhadap total PDB Indonesia pada tahun 2015 lalu. Kontribusi terbesar berasal dari sektor kuliner sebanyak 34,2%, fashion 27,9%, dan kerajinan 14,88 persen.