Koran Sulindo – Perdana Menteri Kanada Justin Trudeau mengatakan jumlah korban tewas dalam pembantaian di Nova Scotia, Ontario, bertambah dan kini menjadi 18 orang. Penembakan membabi buta selama 12 jam itu adalah yang terburuk dalam sejarah Kanada.
“Tragedi semacam ini seharusnya tidak pernah terjadi. Tidak ada tempat bagi aksi kekerasan dalam bentuk apapun di Kanada,” kata Trudeau, di Kanada, Senin (20/4/2020) waktu setempat.
Pada Minggu (19/4/2020), seorang laki-laki yang menyamar sebagai polisi, selama 12 jam menembaki orang di rumah-rumah, memicu kebakaran dan menewaskan sedikitnya 18 orang. Korban tewas termasuk seorang purnawirawan polisi perempuan yang sudah berdinas selama 23 tahun, Constable Heidi Stevenson.
Insiden itu berawal pada Sabtu (18/4) malam di Portapique, sebuah kota di pedalaman, sekitar 100 kilometer utara Halifax. Saat itu, polisi menanggapi laporan tentang penembakan di sebuah rumah dan menemukan beberapa mayat di dalam dan luar rumah itu. Menurut polisi ini adalah lokasi awal aksi penembakan.
Beberapa mayat lain ditemukan di sejumlah lokasi lain dalam radius 50 kilometer dari pemukiman itu. Pihak berwenang yakin penembak mungkin menarget korban pertama, tetapi kemudian mulai menembaki korban lain secara acak. Sebagian rumah di daerah itu kemudian dibakar.
Tersangka diidentifikasi sebagai Gabriel Wortman, berusia 51 tahun, ditembak dan tewas di tangan polisi. Motif penembakan masih belum diketahui.
Wortman menyamar setidaknya untuk beberapa waktu sebagai polisi dan mengendarai mobil yang dibuat mirip seperti mobil polisi. Ia menembaki orang-orang di rumah mereka dan menyulut kebakaran.
Penembakan massal jarang terjadi di Kanada, yang memiliki undang-undang pengendalian senjata yang lebih ketat dibandingkan Amerika Serikat, misalnya. [RED]