Koran Sulindo – Amerika Serikat mengincar entitas militer China dengan sanksi keuangan sebagai hukman karena membeli jet tempur Rusia dan sistem pertahanan udara S-400.

Sanksi  sekaligus meningkatkan tekanan terhadap Moskow atas “kegiatan-kegiatannya yang jahat”.

Ini adalah pertama kalinya Pemerintahan Presiden Donald Trump menargetkan negara ketiga dengan sanksi Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAATSA) yang dirancang untuk menghukum Rusia atas ‘pendudukan’ Krimea dan kegiatan lainnya.

Di antara yang dikenai sanksi adalah Departemen Pengembangan Peralatan, dan direkturnya, Jenderal Li Shangfu.

Sanksi umumnya diberlakukan dengan membekukan semua aset yang dimiliki dalam sistem keuangan AS, mencegah perjalanan pejabat tinggi dan melarang transaksi bisnis serta keuangan dengan entitas China.

AS juga menyetujui penambahan 33 pejabat pertahanan dan intelijen Rusia dalam daftar sanksi AS. Mereka dianggap terlibat dalam penjualan peralatan militer canggih kepada China.

“Sekretaris Negara menambahkan 33 orang tambahan –baik entitas dan individu- ke bagian CAATSA 231 Daftar Orang-Orang Tertentu (LSP) untuk menjadi bagian dari, atau beroperasi untuk atau atas nama, sektor pertahanan atau intelijen dari Pemerintah Federasi Rusia,” kata rilis yang disampaikan Kemenlu AS.

“Setiap orang yang secara sadar terlibat dalam transaksi signifikan dengan salah satu dari orang-orang ini akan dikenakan sanksi wajib berdasarkan CAATSA pasal 231.”

CAATSA yang diterbitkan tahun 2017 yang mengatur sanksi kepada Rusia, Iran dan Korea Utara di mana pemerintah berhak menerbitkan berbagai sanksi dan membatasi pencabutan sanksi sebelumnya tanpa persetujuan kongres.

Siapa saja yang berurusan dengan orang-orang yang masuk ke dalam daftar itu setidaknya bakal menerima peringatan dari AS.

Juru bicara Departemen Luar Negeri Heather Nauer menyebut Pemerintah AS akan terus menerapkan CAATSA dan menyerukan pada negara-negara lain untuk menghentikan kontak dengan pihak-pihak di sektor pertahanan dan intelijen Rusia.

“Target akhir dari sanksi ini adalah Rusia. Sanksi CAATSA dalam konteks ini tidak dimaksudkan untuk melemahkan kemampuan pertahanan negara tertentu, ”kata seorang pejabat Departemen Luar Negeri AS dalam keadaan anonym kepada media seperti dikutip RT.com.

“Mereka malah bertujuan memaksakan Rusia membayar ‘biaya’ sebagai sebagai tanggapan atas berbagai kegiatan jahatnya.”

Tentu sukar mempercayai pernyataan itu, karena langkah Kementerian Luar Negeri AS dilakukan tepat di tengah meningkatnya perang dagang antara AS dan China.

Pekan ini Washington mengumumkan tarif impor pada barang-barang Cina senilai US$ 200 miliar, yang dibalas dengan janji Beijing menanggapi dalam skala serupa.

Cina juga dilaporkan berencana bakal memotong tarif impor bagi sebagian besar mitra dagangnya untuk mengendalikan kerusakan akibat konflik dengan AS itu.

Selain memberlakukan tarif impor, tindakan tak bersahabat AS lainnya adalah perintah agar Cinhua News Agency dan Jaringan Televisi Global China mendaftar di AS sebagai agen asing.

Jika benar hal itu diberlakukan, kedua media tersebut harus mengungkapkan informasi tambahan kepada pihak berwenang AS sekaligus menandai ‘produk’ mereka, atau menghadapi pengusiran dari AS.[TGU]