Ilustrasi: Presiden Joko Widodo berdiri di dek KRI Imam Bonjol/Setpres - Krishadiyanto

Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo mengatakan jika untuk kepentingan nasional, bangsa, dan rakyat Indonesia, ia tak pernah takut apapun.

“Saya kurus tapi perlu Saudara ketahui saya tidak pernah takut apapun untuk kepentingan nasional, kepentingan bangsa, dan kepentingan rakyat kita. Tidak ada rasa takut sedikitpun di hati saya. Tidak ada,” kata Presiden Jokowi, saat berpidato dalam acara Temu Silaturahmi Paguyuban Pengusaha Jawa Tengah dengan Calon Presiden RI Periode 2019-2024, di MG Setos, Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (2/2/2019), seperti dikutip antaranews.com.

Menurut Jokowi, dalam 4 tahun ini ia sering memilih diam, padahal dalam hati tidak ada rasa takut apapun.

Ia menceritakan saat memerintahkan Menteri Kelautan dan Perikanan, Susi Pudjiastuti, menenggelamkan kapal-kapal asing yang melakukan pencurian ikan (illegal fishing) di perairan Indonesia.

“Saya sampaikan kepada Susi, saya kalau perintah sudah saya kalkulasi, ada hitungannya, Susi, kerjakan saja. Lah Susinya juga seperti itu, berani juga,” katanya.

Jokowi juga menjawab tuduhan antek asing pada dirinya, yang menurutnya, sangat tidak relevan sebab pada masa pemerintahannya penguasaan blok-blok migas berhasil dialihkan ke BUMN. Misalnya saja pada 2015, Blok Mahakam sudah 100 persen dikuasai Pertamina.

“Saya tanya ke Pertamina, siap enggak ngelola ini? Kalau enggak siap ya enggak apa-apa. Ngomong yang keras. Siap enggak? Siap Pak. Yang keras. Bisa enggak? Bisa Pak. Jangan siap-siap tapi enggak siap. Berproduksi mudah tapi memasarkan juga ndak mudah,” kata Jokowi.

Setelah Blok Mahakam, Pertamina berlanjut mengelola Blok Rokan yang sebelumnya dikerjakan Chevron.

“Lalu saya ke Pertamina. Siap enggak? Siap Pak. Kan kamu sudah punya Blok Mahakam. Siap Pak. Dan kita juga bisa memenangkan Blok Rokan,” katanya.

Kemudian Freeport, sudah sejak awal 2015 mulai negosiasinya, yang semula alot di angka 30 persen dan bukan mayoritas.

“Tapi saya bilang saya maunya mayoritas, bukan 30 persen. Ini sudah 40 tahun, kita minta mayoritas,” katanya.

Jokowi menambahkan, negosiasi selama 3 tahun itu bukan sesuatu yang mudah.

“Negosiasi 3 tahun, dipikir gampang? Kalau gampang sudah dari dulu kita ambil. Dipikir enggak ada intrik politik? Yang bener saja kalau enggak ada sudah dari dulu diambil,” katanya.

Semua hal itu membuat ia merasa beruntung berbadan kurus.

“Untungnya saya kurus, ditekan sini, bisa belok. Lama-lama yang nekan ya capek sendiri,” katanya.

Sekitar 1.500 pengusaha yang hadir riuh dan tak henti-hentinya bersorak serta bertepuk tangan ketika Jokowi pidato. Mereka sebelumnya membacakan deklarasi dan ikrar untuk mendukung Jokowi-Ma’ruf Amin sebagai Presiden-Wakil Presiden Periode 2019-2024. Pembacaan dipimpin CEO Suara Merdeka, Kukrit Suryo Wicaksono.

Jangan Ajak-ajak Rakyat

Calon Presiden Nomor Urut 01 itu juga mengatakan jika ada yang bilang Indonesia akan bubar atau punah, jangan mengajak rakyat.

“Bubar sendiri saja, punah sendiri saja, tapi jangan ajak-ajak kita rakyat Indonesia,” katanya.

Ia menegaskan Indonesia adalah negara besar dengan jumlah penduduk 260 juta jiwa di mana 190 juta di antaranya ada di Pulau Jawa dan sisanya tersebar di 17.000 ribu di Indonesia. Sebagai negara yang besar harus dibangun dengan optimisme yang terus-menerus.

“Bagaimana kita ini sebagai negara besar kalau mengiringi masyarakat dengan pesimisme seperti itu,” katanya.

Jokowi juga menegaskan mengelola Indonesia tidak gampang, tidak seperti mengelola sebuah negara yang hanya satu daratan saja.

“Ini 17.000 pulau yang semua harus diurus infrastrukturnya, di-manage logistiknya sehingga semuanya bisa berjalan dengan baik,” katanya.

Sebagai sebuah negara besar maka tantangan Indonesia juga besar.

“Jangan sampai ada yang mengatakan negara kita negara miskin, kita sudah masuk ke G20, masuk ke negara dengan PDB 1 triliun USD. Jangan sampai kita pesimis, kalau ada yang ngomong Indonesia bubar, Indonesia bubar, yang benar saja,” kata Jokowi. [DAS]