Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo mengatakan selama 4 tahun ini ia diam saja direndahkan, dimaki, dihina, dan difitnah.
“Sabar, sabar ya Allah, sabar. Saya hanya begitu saja,” kata Presiden Jokowi, saat memberikan sambutan pada acara kegiatan Sarang Berzikir Bersama Untuk Indonesia Maju di Pondok Pesantren Al Anwar Sarang, Kabupaten Rembang, Jawa Tengah, Jumat (1/2/2019), seperti dikutip setkab.go.id.
Jokowi mengakui kadang-kadang hal itu perlu dijawab.
“Masak saya diam, ya saya jawab sekarang. Dibilang kriminalisasi ulama masak saya diam, ya saya jawab sekarang,” katanya.
Tentang isu bahwa dirinya memiliki keterkaitan dengan Partai Komunis Indonesia (PKI), Jokowi menegaskan PKI dibubarkan pada 1965/1966, sementara ia lahir 1961. Artinya, saat PKI dibubarkan ia masih berusia 4 tahun.
“Enggak ada PKI balita,” katanya.
Mengenai isu ia antiulama, Jokowi mengatakan tiap hari, tiap minggu dirinya masuk pondok pesantren dan bertemu dengan ulama. Ia juga yang menandatangani Peraturan Presiden (Perpres) yang menetapkan setiap tanggal 22 Oktober diperingati sebagai Hari Santri.
“Masak antiulama tanda tangan Hari Santri. Logikanya itu memang harus kita pakai,” katanya.
Sedangkan terkait isu kriminalisasi ulama, Jokowi mempertanyakan ulama mana yang dikriminalisasi?
Menurut Presiden, kriminalisasi itu jika tidak ada kasus hukum, kemudian dimasukkan ke sel.
“Kalau ada kasus hukumnya, ada masalah hukum, ada yang melaporkan, aparat kemudian melakukan penyelidikan, penyidikan, kemudian dibawa ke lembaga yudikatif yang namanya pengadilan, yang memutuskan di pengadilan, kalau memang dianggap tidak salah ya mesti bebas,” kata Jokowi.
Acara Sarang Berzikir Bersama Untuk Indonesia Maju itu juga Pemimpin Pondok Pesantren Al Anwar, Rembang, K.H. Maimoen Zubair, Sekretaris Kabinet Pramono Anung, dan Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. [DAS]