Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo mengatakan siapapun Gubernur DKI Jakarta, ibu kota Republik Indonesia itu harus memiliki transportasi massal.
“Karena selain penduduknya sudah padat untuk Jakarta Raya sekitar 30-an juta, yang kedua kita butuh alternatif-alternatif angkutan massal, bisa naik bus, bisa naik taksi, bisa naik MRT, bisa naik LRT, agar masyarakat semakin memiliki pilihan,” kata Presiden Jokowi, di dekat pintu tol Kualanamu, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara, Jumat (13/10), seperti dikutip antaranews.com.
Presiden hari ini meresmikan dua jalan tol di Sumatera Utara. Pertama, jalan tol Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi ruas Kualanamu-Sei Rampah sepanjang sekitar 42 kilometer. Kedua, tol Medan-Binjai untuk ruas Helvatia-Semayang-Binjai sepanjang 10,46 kilometer.
MRT
Menurut Jokowi, pembangunan massal Rapid Transport (MRT) di Jakarta terlambat sekitar 20 tahun.
“Kalau pembebasan lahan sudah mulai 20-25 tahun yang lalu, maka harga tanah masih Rp5-10 juta. Sekarang harga tanah sudah Rp90-200 juta per meter persegi karena kita terlambat membangun,” katanya.
Kerugian lain karena keterlambatan pembangunan MRT adalah kemacetan di Jakarta.
“Kemacetan di Jakarta dan sekitarnya menyebabkan setahun hilang Rp28 triliun. Kalau uang itu dipakai untuk membangun, bisa berlipat-lipat,” katanya.
Hingga akhir September, pembangunan konstruksi sipil fase I MRT Jakarta telah mencapai 80,15 persen. Konstruksi fisik jalur bawah tanah itu menyambungkan bundaran Patung Pemuda hingga Bundaran HI sebesar 90,22 persen, dan konstruksi jalur layang dari Lebak Bulus hingga patung Pemuda sebesar 70,16 persen.
Fase 1 membutuhkan rel sekitar 3.585 batang dengan panjang per batang 20-25 meter. Selanjutnya untuk fase 2 rute Bundaran HI-Kampung Bandan sepanjang 8,3 kilometer meliputi 8 stasiun yaitu Bundaran HI, Sarinah, Monas, Harmoni, Sawah Besar, Mangga Besar, Mangga Besar, Glodok, Kota dan Kampung Bandan. [DAS]