Jokowi: Pasar Tradisional Sebenarnya bisa Bersaing, tapi…

Ilustrasi: Presiden Joko Widodo di pasar tradisional Kranggan yang berlokasi di Jalan Poncowinatan, Yogyakarta, 25 Juli 2018/presidenri.go.id

Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo mengatakan pasar tradisional (rakyat) memerlukan perhatian khusus agar bisa bertahan di tengah gempuran pasar modern.

“Sebetulnya dari sisi kompetisi, persaingan produk-produk yang dijual di pasar tradisional itu bisa bersaing, hanya memang manajemennya belum kita perbaiki bersama-sama,” kata Presiden Jokowi, dalam sambutannya pada Pembukaan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo), di Hotel Aryaduta, Jakarta, Rabu (12/12/2018), seperti dikutip setkab.go.id.

Jokowi membandingkan harga produk di pasar tradisional saat blusukan ke Pasar Bogor, beberapa waktu lalu, dimana kangkung dijual Rp1.500, dan bayam juga Rp1.500. Sementara harga di Hypermart untuk kangkung Rp3.400, bayam kurang lebih sama Rp3.500.

“Artinya secara daya saing pasar kita ini menang. Tetapi memang jangan dibiarkan pasar ini kumuh, becek, tidak ada tempat parkir, dan tidak rapi. Ini tugas dari kementerian, tugas dari pemerintah untuk memperbaiki dan juga tugas BUMD (Badan Usaha Milik Daerah), tugas swasta untuk menarik agar konsumen, pembeli tetap mau datang ke pasar,” katanya.

Menurut Jokowi, selama 4 tahun terakhir pemerintah telah membangun sebanyak 3.760 pasar di seluruh tanah air, selain 6.500 pasar desa yang berukuran kecil.

“Ke depan perlu dibangun sebuah ekosistem yang online dan yang offline bisa sambung. Pasar ini offline, bagaimana bisa disambungkan dengan yang online. Dua  sistem tuh harus nyambung, pasar cepat berkembang karena di sisi harga bisa bersaing. Apalagi kalau punya marketplace sendiri, antar  sampai ke rumah,” katanya.

Di sisi pembayaran, Presiden meminta  Menteri Komunikasi dan Informatika (Kominfo) untuk membantu agar cara pembayaran yang tanpa uang cash (cashless)  ditempatkan di pasar-pasar.

“Semua perdagangan kita harus mulai diintervensi dengan cara-cara seperti itu, ada EDC, ada pembayaran yang tanpa uang cash. Saya kira harus mulai diintervensi, diberikan pelatihan,” kata Jokowi.

Latar Belakang

Presiden Jokowi mencanangkan program revitalisasi pasar dalam NAWACITA sebagaimana tertuang dalam RPJMN tahun anggaran 2015-2019, yaitu sebanyak 5.000 pasar yang didukung oleh pemberdayaan secara terpadu. Penyaluran dana revitalisasi pasar melalui Dana Alokasi Khusus (DAK) dan Tugas Pembantuan (TP).

Prioritas pasar yang direvitalisasi adalah pasar-pasar yang berada di daerah tertinggal, terluar, dan perbatasan, pasar yang sudah berusia lebih dari 25 tahun, pasar yang mengalami bencana, pasar darurat serta pasar di daerah yang memiliki potensi perdagangan besar. Ada empat prinsip revitalisasi pasar yang dilakukan, yaitu revitalisasi fisik, revitalisasi manajemen, revitalisasi ekonomi, dan revitalisasi sosial.

Eksistensi pasar tradisional di Indonesia memang meredup terdesak keberadaan pasar modern yang terus bertambah setiap tahun. Pasar rakyat tumbuh melambat -8,1% sementara pasar modern tumbuh 31,4%.

Menurut data Ikatan Pedagang Pasar Indonesia (IKAPPI), jumlah pasar tradisional turun drastis dari 13.540 menjadi 9.950 pasar dalam waktu 4 tahun antara 2007 hingga 2011. Total jumlah pedagang pasar tradisional berkisar 12.625.000 orang.

Pada 2011 terdapat 144 pasar terkena konflik akibat revitalisasi dan 161 pasar hangus karena kebakaran.

Sementara data Kementerian Perindustrian 2007 menyatakan jumlah pasar tradisional sebanyak 13.750 pasar. Sedangkan data Kementrian Perdagangan per 2011, dari sekitar 9.950 pasar tradisional sebanyak 3.800 di antaranya telah lenyap.

Menurut data Asosiasi Pengelola Pasar Indonesia (Asparindo), pada 2010 terdapat sekitar 9.000 pasar yang bangunannya sudah tua dan lebih dari 20 tahun tidak tersentuh renovasi. Sebanyak 70% dari 13.000 bangunan pasar sudah berumur lebih dari 20 tahun.

Data survei AC Nielsen pada 2013 juga menyatakan jumlah pasar rakyat di Indonesia terus turun. Pada 2007 pasar rakyat berjumlah 13.550, tahun 2009 berjumlah 13.450 dan tahun 2011 berjumlah 9.950.

Sementara data Federasi Organisasi Pedagang Pasar Indonesia (Foppi), di seluruh Indonesia terjadi penyusutan pasar sebesar 8 persen, sedangkan pertumbuhan hypermarket sampai 70 persen. [DAS]