Joan of Arc, Ksatria Perempuan Legendaris yang Bertempur untuk Prancis dan Dikanonisasi

Hingga kini, Joan of Arc tetap menjadi santo pelindung Prancis dan simbol kebanggaan nasional. (Sumber: Sulindo/Benedict Pietersz)

Joan of Arc adalah tokoh legendaris dalam sejarah Prancis. Dia dikenal di seluruh dunia sebagai seorang ksatria perempuan yang mendobrak batasan gender dengan memimpin pasukan Prancis dalam sebuah pertempuran melawan Inggris di tahun 1429. Meski berhasil memperoleh kemenangan gemilang, dia diadili oleh gereja Katolik dan dibakar di tiang pancang. Dia baru dikanonisasi sebagai santo hampir 500 tahun setelah kematiannya.

Joan of Arc lahir di desa Domrémy, Prancis sekitar tahun 1412. Dia memiliki tiga saudara laki-laki dan seorang saudara perempuan. Ayahnya, Jacques d’Arc, adalah seorang petani dari Domrémy yang menggarap lahan seluas 50 hektar. Ibunya, Isabelle Romée, adalah seorang Katolik yang saleh.

Sewaktu kecil, Joan of Arc tidak diajari membaca atau menulis, tetapi ibunya menanamkan dalam dirinya kecintaan yang mendalam terhadap Gereja Katolik dan ajaran-ajarannya. Joan juga belajar keterampilan rumah tangga dari ibunya, serta membantu mengurus hewan dan menjadi penjahit yang handal.

Saat itu, Prancis telah lama berkonflik dengan Inggris dalam Perang Seratus Tahun. Perjanjian Troyes pada tahun 1420 mencabut hak waris putra mahkota Prancis, Charles VI dari Valois, ketika tuduhan bahwa dia memerintah secara tidak sah tengah menyebar. Henry V diangkat menjadi penguasa Inggris dan Prancis setelah kematian Charles VI.

Namun, pada tahun 1422, Raja Henry V meninggal. Putra tunggalnya yang masih berusia delapan bulan, Henry VI, menjadi penguasa dari kedua kerajaan tersebut. Inggris lalu menduduki sebagian besar wilayah Prancis utara, dengan dibantu oleh sekutu-sekutu Prancisnya yang dipimpin oleh Philip yang Baik. Ini memaksa banyak orang di desa Domrémy meninggalkan rumah mereka.

Pengelihatan Ilahi

Saat Joan of Arc berusia 13 tahun, dia mulai mendengar suara-suara, yang dia yakini berasal dari St. Michael dan St. Catherine. Seiring berjalannya waktu, suara-suara itu menjadi semain jelas, mendorongnya bertemu dengan putra dari Charles VI dan meminta izin untuk mengusir Inggris agar dia bisa diangkat sebagai raja yang sah. Kala itu Charles muda telah mengambil gelar Dauphin atau pewaris takhta.

Sebagai persiapan untuk memulai misinya, Joan of Arc mengucapkan kaul kemurnian, yaitu sumpah yang melarang seorang penganut Katolik untuk memiliki pasangan maupun menikah. Pada usia 16 tahun, ayahnya berusaha mengatur pernikahan untuknya, tetapi dia berhasil meyakinkan pengadilan setempat bahwa dia tidak boleh dipaksa menerima perjodohan itu.

Pada bulan Mei 1428, penglihatan ilahi yang diterima Joan of Arc memerintahkannya pergi ke Vaucouleurs untuk meminta pasukan dari Robert de Baudricourt, komandan garnisun dan pendukung Charles. Awalnya Baudricourt menolak permintaan tersebut. Tetapi dia melihat bahwa gadis itu didukung oleh penduduk desa yang mempercayai ramalan setempat bahwa seorang perawan telah ditakdirkan untuk menyelamatkan Prancis.

Setahun kemudian, Baudricourt akhirnya mengalah: dia memberikan seekor kuda dan beberapa prajurit sebagai pengawal. Joan of Arc memotong rambutnya menjadi bergaya pageboy, mengenakan pakaian laki-laki, dan memulai perjalanan selama 11 hari melintasi wilayah musuh ke Chinon, lokasi istana Charles.

Pengepungan Orléans

Joan of Arc berjanji kepada Charles bahwa dia akan melihatnya dinobatkan sebagai raja di Reims. Dia juga meminta Charles memberinya pasukan dan memimpin mereka menuju Orléans, yang saat itu dikepung oleh Inggris. Karena tidak yakin dengan kesungguhannya, Charles meminta teolog terkemuka untuk memeriksanya. Para teolog melaporkan bahwa mereka hanya menemukan kesalehan, kesucian, dan kerendahan hati pada diri Joan of Arc.

Akhirnya, Charles memberikan baju zirah putih dan seekor kuda putih kepada Joan of Arc, yang telah berusia 17 tahun, dan mengizinkannya memimpin pasukan untuk pergi ke Orléans.

Selama Pengepungan Orléans, Joan of Arc terlibat dalam serangkaian pertempuran melawan Inggris antara 4 Mei dan 7 Mei 1429. Dia sempat terluka, tetapi segera sembuh dan mengirimkan surat yang menantang musuh. Setelahnya, dia memimpin beberapa serangan terakhir terhadap pasukan Inggris, mengusir orang-orang Anglo-Burgundia dari benteng dan memaksa mereka mundur menyeberangi Sungai Loire. Pada pertengahan Juni, Prancis berhasil mengalahkan Inggris.

Setelah kemenangan di Orléans, reputasi Joan of Arc menyebar luas di antara pasukan Prancis. Dia terus mendorong Charles untuk bergegas ke Reims agar dia bisa dinobatkan sebagai raja. Charles dan para penasihatnya menanggapi dengan bersikap lebih hati-hati.

Joan of Arc dan para pengikutnya mengawal Charles melintasi wilayah musuh menuju Reims. Mereka sempat merebut kota-kota yang menolak kehadiran Charles. Pada akhirnya, Charles memasuki Reims dan dinobatkan sebagai Charles VII pada tanggal 18 Juli 1429. Joan of Arc berada di sisinya dan terlihat pada upacara penobatan.

Penangkapan

Menyusul penobatan itu, Joan of Arc berpendapat bahwa Prancis harus memanfaatkan keunggulan dengan mencoba merebut kembali Paris. Raja Charles VII bimbang, karena orang kesayangannya di istana, Georges de La Trémoille, memperingatkannya bahwa Joan of Arc menjadi terlalu kuat.

Pada musim semi tahun 1430, bangsa Anglo-Burgundia memperkuat posisi mereka di Paris. Raja Charles VII memerintahkan Joan of Arc pergi ke Compiègne untuk menghadapi serangan Anglo-Burgundia.

Selama pertempuran di bulan September, pasukan Anglo-Burgundia menangkis serangan yang dipimpin oleh Joan of Arc. Dia terlempar dari kudanya dan ditinggalkan di luar gerbang kota. Orang Burgundia langsung menangkapnya dan membawanya ke kastil Bouvreuil yang diduduki oleh komandan Inggris di Rouen. Dia ditahan selama beberapa bulan.

Orang Burgundia lalu bernegosiasi dengan Inggris, yang menganggap Joan of Arc sebagai hadiah propaganda yang berharga. Pada tanggal 3 Januari 1431, mereka menyerahkannya kepada Uskup Pierre Cauchon untuk imbalan sebesar 10.000 franc. Karena masih belum yakin dengan pengelihatan ilahi yang dialami oleh Joan of Arc, Raja Charles VII menjauhkan diri dan tidak berusaha membebaskannya.

Penahanan dan Kematian

Joan of Arc diserahkan kepada pejabat gereja, yang bersikeras agar dia diadili sebagai seorang bidah. Dia didakwa dengan 70 tuduhan, termasuk tuduhan penggunaan sihir dan berpakaian seperti laki-laki.

Awalnya, persidangan diadakan di depan umum, tetapi diubah menjadi tertutup ketika Joan of Arc berhasil menghajar para penuduhnya sampai babak belur. Antara 21 Februari hingga 24 Maret 1431, dia diinterogasi hampir selusin kali oleh pengadilan, tapi dia selalu menjaga kerendahan hatinya dan dengan teguh menyatakan bahwa dia tidak bersalah.

Alih-alih dimasukkan ke penjara gereja dan dijaga oleh para biarawati, Joan of Arc ditahan di penjara militer. Di sana, dia berulang kali diancam akan dicabuli, disiksa, dan dibunuh.

Pada bulan Mei 1431, setelah setahun ditawan, Joan of Arc mengalah dan menandatangani pengakuan dosa yang menyangkal bahwa dia pernah menerima bimbingan ilahi. Akan tetapi, beberapa hari kemudian, dia menentang perintah tersebut dan mengikat pakaian prajuritnya erat-erat dengan puluhan tali sebagai perlindungan diri. Frustrasi, pengadilan menjatuhinya hukuman karena berpakaian seperti laki-laki.

Pada tanggal 29 Mei 1431, pengadilan mengumumkan bahwa Joan of Arc yang berusia 19 tahun bersalah atas ajaran sesat. Keesokan paginya, dia dibawa ke pasar di Rouen dan dibakar di tiang pancang di hadapan sekitar 10.000 orang. Abunya dikumpulkan dan disebar di Sungai Seine. Legenda mengatakan bahwa jantungnya selamat dari api pembakaran.

Setelah kematiannya, Perang Seratus Tahun berlanjut selama 22 tahun. Raja Charles VII mempertahankan posisinya dan memerintahkan penyelidikan terkait Joan of Arc. Pada tahun 1456, dia secara resmi menyatakan Joan of Arc tidak bersalah atas semua tuduhan dan menetapkannya sebagai martir. Paus Benediktus XV mengkanonisasi Joan of Arc sebagai santo pada tanggal 16 Mei 1920. Lebih dari 60.000 orang menghadiri upacara tersebut, termasuk 140 keturunan keluarga Joan of Arc. [BP]