Ilustrasi Syaikh Yusuf Al-Makasari

Dari kunjungan bilateral Presiden Republik Afrika Selatan ada cerita menarik dari salah satu Pahlawan Nasional Indonesia yakni Syaikh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makassari Al-Bantani terkait dengan hubungan Indonesia dengan Afrika Selatan.

Syaikh Yusuf Abul Mahasin Tajul Khalwati Al-Makassari Al-Bantani atau Syaikh Yusuf Al Makasari merupakan seorang ulama yang lahir dari pasangan Abdullah dengan Aminah. Syaikh Yusuf Al Makasari sewaktu lahir diberi nama Abadin Tadia Tjoessoep (bahasa Arab: عابدين تاجة يوسف) atau Muhammad Yusuf. Nama tersebut diberikan oleh Sultan Alauddin, Raja ke-14 dari kesultanan Gowa dan merupakan Raja Gowa yang pertama kali memeluk Islam. Sultan Alauddin berkuasa sejak 1593 dan wafat pada 15 Juni 1639 yang juga merupakan kerabat dari Ibu Syeh Yusuf.

Syaikh Yusuf mendapat gelar, Tuanta Salamaka ri Gowa (“tuan guru penyelamat kita dari Gowa“) oleh pendukungnya dari kalangan rakyat Sulawesi Selatan.

Syeh Yusuf mengenyam Pendidikan di Pesantren Asyaqalain Baharun Nur (di Kampung Cikoang Takalar) milik Syaikh Sayyid Alwi Jalaluddin bin Ahmad (Qunyah Muhammad Wahid) bin Abu Bakar Bafagih. Disana Syaikh Yusuf belajar mengenai syariat Islam, tasawuf, Ma’rifat, dan Hubbul Wathan (cinta tanah air).

Sekembalinya dari Pendidikan di Pesantren Asyaqalain di kampung Cikoang, Syaikh Yusuf menikahi putri dari Kesultanan Gowa dan menginjjak usia 18 tahun, Syaikh Yusuf meninggalkan Gowa untuk pergi ke Banten. Di Banten Syaikh Yusuf bertemu dengan Pangeran Surya (Sultan Ageng Tirtayasa) dan bersahabat dengannya dimana nantinya Pangeran Surya menjadikan Syaikh Yusuf sebagai mufti Kesultanan Banten.

Tahun 1644 Syaikh Yusuf pergi ke tanah suci Mekkah untuk menunaikan Ibadah Haji sekaligus tinggal disana untuk belajar pada Ulama terkemuka di Mekkah dan Madinah. Selain di Mekkah dan Madinah, Syaikh Yusuf juga sempat belajar di beberapa tempat di Timur Tengah seperti di Yaman dan Damaskus. Di Yaman Syaikh Yusuf belajar pada Syekh Abdullah Muhammad bin Abd Al-Baqi dan di Damaskus belajar memperdalam Islam pada Syaikh Abu Al-Barakat Ayyub bin Ahmad bin Ayyub Al-Khalwati Al-Quraisyi. Syaikh Yusuf belajar mengenai Islam di Timur Tengah sekitar 20 tahun.

Masa Perjuangan

Ketika Indonesia mengalami masa penjajahan Kolonialisme Belanda, Kesultanan Gowa sempat mengalami kekalahan atas pihak Belanda, hal ini mengakibatkan Syaikh Yusuf pindah dari Gowa ke Banten dan mejadi mufti di Banten. Di Banten Syaikh Yusuf memiliki banyak murid dari berbagai daerah, termasuk 400 orang asal Makassar yang dipimpin oleh Ali Karaeng Bisai. Pada masa ini, Kesultanan Banten menjadi pusat Pendidikan agama Islam.

Tahun 1682 saat Sultan Ageng dikalahkan Belanda, Syaikh Yusuf ditangkap dan diasingkan ke Sri Langka pada bulan September 1684. Di Sri Langka saat masa pengasingan, Syaikh Yusuf memiliki banyak murid yang belajar agama Islam kepadanya, kebanyakan dari mereka berasal dari India Selatan. Ulama besar yang sempat berguru pada Syaikh Yusuf yakni Syaikh Ibrahim Ibn Mia’an.

Syaikh Yusuf meskipun berada di pengasingan, dirinya masih dapat berkomunikasi dengan para muridnya di Nusantara melalui para Jemaah haji yang singgah di Sri Langka. Mengetahui hal ini, pihak Belanda pada 22 Desember 1694 memindahkan tempat pengasingan Syaikh Yusuf yang mulanya di wilayah Ceylon, Sri Lanka, dipindahklan ke Afrika Selatan.

Di Afrika Selatan, Syaikh Yusuf tetap aktif berdakwah. Hal ini yang menjadikan kedekatan hubungan Indonesia dengan Afrika Selatan bermula. Syaikh Yusuf meninggal dunia di Afrika Selatan pada tanggal 23 Mei 1699 dan hari dimana Syaikh Yusuf meninggal menjadi hari peringatan bagi para pengikutnya. Mantan Presiden Afrika Selatan, Nelson Mandela sangat menghormati jasa Syaikh Yusuf, bahkan sampai menyebut Syaikh Yusuf sebagai ‘Salah Seorang Putra Afrika Terbaik‘.

Syaikh Yusuf dimakamkan di Cape Town Afrika Selatan namun atas Permintaan Sultan Gowa yakni Sultan Abdul Jalil (1677-1709) jenazah Syaikh Yusuf dibawa ke Gowa dan dimakamkan kembali di Lakiung pada April 1705. Syaikh Yusuf dianugerahi gelar Pahlawan Nasional oleh Presiden Soeharto melalui SK Presiden: Keppres No. 071/TK/1995, Tgl. 7 Agustus 1995.

Pada tahun 2005, Syekh Yusuf dianugerahi penghargaan Supreme Companion of OR Tambo in gold, for heads of state and, in special cases, heads of government (SCOT) pada 27 September 2005 kepada ahli warisnya yang disaksikan oleh Wapres RI. M. Yusuf Kalla di Pretoria Afrika Selatan. [IQT]