Koran Sulindo – Pembunuhan 31 pekerja Trans Papua yang di tembak kelompok bersenjata di Papua tak hanya merupakan perbuatan inhuman, namun sekaligus menciptakan efek domino bagi rasa takut di kalangan pekerja dan warga Papua.
Selain mengutuk penembakan itu, Setara Institut juga menyebut penembakan biadab itu mengganggu program-program pembangunan masyarakat dan pembangunan infrastruktur yang sedang digalakkan oleh pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla.
“Dalam konteks perhelatan politik elektoral, para politisi hendaknya tidak melakukan politisasi terhadap penembakan yang mengakibatkan terbunuhnya para pekerja tersebut. Sebaliknya, seluruh elit politik kita harus memberikan dukungan dan kepercayaan sepenuhnya kepada aparat keamanan untuk mengendalikan situasi dan memulihkan keamanan,” kata Ketua Setara Institut Hendardi.
Aparat, kata Hendardi, harus menangani kasus ini dengan serius mengingat banykan jumlah korban tewas . Selain itu, petugas di lapangan juga diminta waspada dan jangan mengambil langkah berlebihan agar tak memperburuk situasi keamana sekitar Papua.
“Kita juga mesti mengingatkan kepada aparat keamanan, baik sipil maupun militer, untuk tetap bertindak proporsional menggunakan pendekatan sipil berbasis sistem hukum pidana dalam menangani kasus pembununan terhadap pekerja kolosal tersebut,” kata dia.
“Aparat hendaknya tidak mengambil langkah berlebihan yang dapat memperburuk situasi keamanan, baik aktual maupun persepsional di Papua yang secara umum dalam beberapa tahun belakangan ini relatif terkendali,” kata Hendardi.
Menurut Hendardi, Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla harus menyadari bahwa pembangunan infrastruktur dan peningkatanan kesejahteraan ekonomi masyarakat Papua tidak akan pernah cukup tanpa dibarengi penghormatan atas hak-hak dasar masyarakat Papua.
Pemerintah harus segera mencari formula yang tepat agar masalah politik di Papua cepat selesai. Sebab, jika tidak cepat dituntaskan perlawanana kelompok bersenjata akan terus meningkat.
“Terkait gangguan keamanan yang terus berulang, pemerintah harus serius merespons secara komprehensif, antara lain dengan mencari formulasi penyelesaian politik di Papua,” kata Hendardi.
Sebanyak 31 orang meninggal dunia dan satu orang hilang diduga karena dibunuh oleh KKB di Kali Yigi dan Kali Aurak, Distrik Yigi, Kabupaten Nduga, Papua. Mereka adalah pekerja PT Istaka Karya yang tengah membangun jembatan pada ruas jalan Trans Papua.
Menurut dugaan polisi, 24 orang dibunuh di hari pertama, delapan orang yang berusaha menyelamatkan diri di rumah anggota DPRD, tujuh di antaranya dijemput dan dibunuh KKB dan satu orang belum ditemukan.
Menteri Koordinator Bidang Politik, Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam), Wiranto menyebut dirinya sudah menginstruksikan Kapolri Jenderal Tito Karnavian dan Panglima TNI Marsekal TNI Hadi Tjahjanto mengejar pelaku penembakan.
“Tadi saya sudah berbicara dengan Kapolri, Panglima TNI, segera dilakukan satu pengejaran yang habis-habisan supaya tidak terulang lagi. Usaha mereka kan menakut-nakuti supaya pembangunan tidak berjalan, tapi inikan namanya justru mengganggu kepentingan masyarakat Papua sendiri,” kata Wiranto kemarin.
Ia mengaku geram dengan tindakan pelaku penembakan puluhan pekerja itu. Padahal, para pekerja tersebut sedang membangun infrastruktur untuk kesejahteraan masyarakat di Papua.
“Saya kira itu satu aksi yang sangat biadab, karena ini teman-teman kita membangun Papua, sedang membangun infrastruktur, membangun jembatan untuk kesejahteraan masyarakat, untuk kebutuhan masyarakat,” kata Wiranto.[TGU]