Mantan Menteri ESDM Sudirman Said [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Jagat Twitter diramaikan dengan tanda pagar #SudirmanSaidBohong lantaran Sudirman Said menyebut ada pertemuan “rahasia” antara mantan CEO Freeport McMoRan Jim Moffet dan Presiden Joko Widodo. Menurut Sudirman, mantan Menteri ESDM itu dalam pertemuan tersebut yang dibicarakan soal perpanjangan kontrak Freeport.

Pernyataan Sudirman langsung memicu polemik. Pasalnya, Sudirman dinilai bohong soal itu. Tagar #SudirmanSaidBohong di jagat Twitter pun langsung menyodok ke posisi trending sejak pagi hingga sore. Menanggapi trending topik itu, anggota TKN Ridlwan Habib menilai wajar.

“Itu ekspresi kegeraman netizen karena memang tidak ada pertemuan rahasia antara Freeport dan Pak Jokowi. Saat masih menteri Pak Sudirman juga sudah menjelaskan,” ujarnya di Jakarta.

Seperti Ridlwan, Menteri ESDM Ignasius Jonan juga langsung membantah pernyataan Sudirman terutama soal pertemuan “rahasia” untuk memperpanjang kontrak Freeport. Dikatakan Jonan, pertemuan dengan pihak Freeport sebelumnya dirinya menjadi Menteri ESDM sudah tidak relevan untuk dibicarakan. Pasalnya, pembicaraan sebelumnya tidak bisa dijadikan dasar perundingan hingga Freeport bersedia melepas saham mayoritas kepada pemerintah Indonesia lewat BUMN PT Inalum.

Hasil perundingan dengan Freeport setelah Jonan menjadi menteri menjadi dasar divestasi saham sebesar 51 persen. Itu tentu saja menguntungkan negara. Kemudian, Freeport wajib membangun fasilitas pengolahan tambang alias smelter, mengubah Kontrak Karya menjadi Izin Usaha Pertambangan Khusus (IUPK) dan penerimaan kepada negara menjadi lebih besar.

Oleh karena itu perundingan-perundingan dengan pihak Freeport sebelum dirinya menjadi menteri tak bisa dijadikan dasar untuk kesepakatan divestasi saham yang dilakukan pada tahun lalu. Jonan diangkat menjadi Menteri ESDM pada Oktober 2016. Sejak menjadi menteri, Presiden Jokowi memberi arahan tentang divestasi saham 51 persen, smelter, mengubah KK menjadi IUPK dan penerimaan negara harus lebih besar.

“Saya sempat tawarkan Presiden (Joko Widodo) untuk bertemu CEO Freeport McMoRan, waktu itu sudah Richard Adkerson (bukan Jim Moffet), tapi Presiden tidak mau bertemu. Presiden tidak pernah menerima Freeport secara khusus di zaman saya. Sampai ditandatanganinya IUPK baru ketemu dengan Presiden. Itu saja,” kata Jonan.

Polemik ini juga menjadi perhatian dari Yustinus Prastowo Direktur Eksekutif Center for Indonesia Taxation Analysis. Pasalnya, pernyataan Sudirman itu dinilai bertentangan hasil wawancaranya di majalah Tambang edisi November 2015. Ia karena itu menilai, pernyataan Sudirman itu hanya mengorek kisah lama yang tujuannya untuk memojokkan Jokowi.

Yustinus juga mengingatkan dalam majalah tersebut juga ada pertanyaan tentang pertemuan Jokowi dengan Moffet yang terkesan “rahasia”. Adapun jawaban Sudirman kala itu: “Presiden menjalankan tugas negara, dan itu bukan merupakan operasi rahasia.” Itulah cara Presiden mengurangi kegaduhan. Akan salah, misalnya, kalau Presiden dan Moffet membuat kesepakatan sendiri baru kemudian mengundang Sudirman.

Presiden, kata Sudirman, ketika bertemu dengan Moffet selalu mengajak menteri teknisnya. Dan sebagai menteri teknis, ia wajib menindaklanjutinya. Sementara, Sudirman Said bertahan dengan posisinya. Ia menyatakan kepada Yustinusi lewat akun twitter-nya, tidak ada yang berubah dari penjelasannya seperti yang dimuat majalah Tambang.

Sudirman menegaskan, yang ia ceritakan adalah kronologis terbitnya surat Menteri ESDM 7 Oktober 2015. Sudirman mengakui ada pertemuan antara Jokowi dan Moffet pada 7 Oktober 2015. Ketika ia tiba di ruang kerja Jokowi, ada Moffet di sana. Kemudian, Jokowi memerintahkan dirinya untuk membuat draf mengenai kesepakatan pembelian saham Demikian Sudirman. [KRG]