Jadi Andalan, Program Tol Laut Belum Optimal

Koran Sulindo – Program Tol Laut yang digadang-gadang menjadi program andalan Pemerintahan Presiden Joko Widodo ternyata pada praktiknya masih jauh dari harapan.

Program untuk mengatasi masalah konektivitas dan disparitas harga antar wilayah itu dianggap kurang optimal.

Merujuk data Kementerian Perhubungan sepanjang tahun 2017 realisasi muatan hanya 212.865 ton dari target sebesara 517.200 ton.

Kondisi lebih buruk bahkan terjadi pada realisasi muatan balik yang hanya mencapai 20.274 ton. “Ini kan hanya sekitar 3,9 persen dari target 517.200 ton,” kata Ketua DPR Bambang Soesatyo, Senin (16/4).

Dengan kondisi itu, DPR berencana mendorong Kemenhub membuat regulasi teknis yang berkaitan implementasi program tol laut. Ini harus dilakukan untuk menghindari tumpang tindih perizinan sekaligus mempermudah arus masuk dan keluar barang di pelabuhan.

Kemenhub juga mesti mengoptimalkan daya angkut kapal, khususnya muatan balik dari Indonesia bagian timur. Termasuk dengan menyalurkan kapal-kapal perintis yang mampu menjadi penghubung ke kapal besar. “Ini demi menciptakan kelancaran distribusi barang hingga ke pelosok,” kata Bambang.

Dicanangkan sebagai program andalan, tol laut sampai saat ini belum berdampak signifikan pada penurunan harga barang. Selain program tol laut juga dianggap menafikan peran swasta khususnya pelayaran rakyat yang selama ini melayani pelayaran hingga ke pelosok daerah.

Program ini juga memicu perdebatan karena luas cakupan luas dan konsekuensi yang mengikutinya. Tol laut merajut daerah di ujung barat hingga ujung timur Indonesi dalam sebuah pola pelayaran teratur dan terus menerus.

Beberapa bahkan menganggap tol laut ini sebagai program yang ambisius.

Untuk mendukung program itu pemerintah juga mencanangkan pembangunan dan peningkatan kapasitas 24 pelabuhan di berbagai daerah. Pembangunan itu termasuk lima pelabuhan bertindak sebagai pelabuhan utama atau hub sementara 19 pelabuhan lainnya menjadi feeder atau pengumpan.

Lima pelabuhan utama itu adalah Belawan di Medan Sumatera Utara, Tanjung Priok di Jakarta, Tanjung Perak di Surabaya, Makassar di Sulawesi Selatan, serta Pelabuhan Bitung di Sulawesi Utara.

Sementara 19 pelabuhan feeder meliputi, Malahayati Aceh, Batu Ampar Batam, Telur Bayur Padang, Pelabuhan Jambi, Pelabuhan Palembang, Pelabuhan Panjang Lampung, Tanjung Emas Semarang, Pelabuhan Pontianak, Pelabuhan Sampit dan Pelabuhan Banjarmasin.

Pelabuhan lain yang didesain sebagai pengumpan yakni Pelabuhan Balikpapan, Palaran Samarinda, Pantoloan Sulawesi Tengah, Pelabuhan Kendari, Pelabuhan Tenau Kupang, Pelabuhan Ternate, Pelabuhan Jayapura, Pelabuhan Ambon, dan Pelabuhan Sorong.

Kajian Bappenas menyebut untuk memperbaiki dan meningkatkan kapasitas ke-24 pelabuhan itu dibutuhkan anggaran minimal sampai Rp 243,69 triliun untuk pembebasan lahan, pengerukan, hingga pengembangan terminal peti kemas.

Tak cuma biaya perbaikan pelabuhan, pemerintah juga harus menggelontorkan dana subsidi bagi kapal-kapal yang melayani rute-rute tol laut. Tahun 2017 subsidi itu mencapai Rp 380 miliar meliputi enam trayek yang sudah ada di tahun 2016 dan lima trayek yang dibangun pada 2017.

Setidaknya ada tiga kendala mendasar pelaksanaan program tersebut di antaranya adalah; Pertama arus muatan yang tidak seimbang yakni minimnya arus muatan dari Kawasan Timur Indonesia ke wilayah barat. Ini dipicu karena ketidakseimbangan pertumbuhan wilayah.

Kedua, persyaratan penggunaan kapal berukuran 3000 TEU’s dianggap memberatkan karena tak semua perusahaan pelayaran nasional memiliki kapal sebesar itu.

Ketiga, besarnya pembiayaan untuk pengembangan infrastruktur, terutama sarana dan prasarana pelabuhan.

Sampai tahun 2017 program tol laut mencakup 15 rute di seluruh Indonesia, berikut rute-rutenya.

  • Trayek 1 – Teluk Bayur, Pulau Nias Gunung Sitoli, Mentawai, Pulau Enggano, Teluk Bayur.
  • Trayek 2 – Tanjung Priok, Tanjung Batu, Tarempa, Natuna, Tanjung Priok.
  • Trayek 3 – Tanjung Perak, Belang Belang, Sangatta, Nununkan, Pulau Sebatik, Tg Perak.
  • Trayek 4 – Tanjung Perak, Makaasar, Tahuna, Tanjung Perak.
  • Trayek 5 – Tahuna, Kahakitang, Buhias, Tagulandang, Biaro, Lirung, Melangoane, Kakorotan, Miangas, Marore, Tahuna.
  • Trayek 6 – Tobelo, Maba, Gebe, Obi, Sanana, dan Tobelo.
  • Trayek 7 – Tanjung Perak, Tidore, Morotai, dan Tanjung Perak.
  • Trayek 8 – Tanjung Perak, Wanci, Namlea, Tanjung Perak.
  • Trayek 9 – Biak, Oransbari, Weren, Sarmi, Biak.
  • Trayek 10 – Tanjung Perak, Nabire, Serul, Wasior, Tanjung Perak.
  • Trayek 11 – Tanjung Perak, Fakfak, Kaimana, Tanjung Perak.
  • Trayek 12 – Tanjung Perak, Timika, Agats, Merauke, Tanjung Perak.
  • Trayek 13 Tanjung Perak, Saumlaki, Dodo, Tanjung Perak.
  • Trayek 14 Tanjung Perak, Kalabahi, Moa, Rote, Sabu, Tanjung Perak.
  • Trayek 15 Tanjung Perak, Larantuka, Adorana, Lewoleba Tanjung Perak.

(TGU)