Koran Sulindo – Teknologi dapat menyebabkan Perang Dunia Ketiga. Yang mengatakan ini miliarder dari Cina pemilik Alibaba, Jack Ma. Ia mengatakan soal ini di Forum Ekonomi Dunia di Davos, Swiss, sebagaimana diberitakan CNBC, Kamis (24/1).
Menurut Jack Ma, sejarah menunjukkan, inovasi teknologi adalah faktor utama di balik konflik global. “Perang Dunia Pertama terjadi karena revolusi teknologi pertama. Revolusi teknologi kedua menyebabkan Perang Dunia Kedua,” ujarnya. Dan sekarang ini, lanjutnya, kita memasuki revolusi teknologi ketiga.
Pada tahun 2017, Jack Ma juga pernah melontarkan peringatan senada. Ketika itu, dia mengatakan, perkembangan mesin pembelajar dan kecerdasan buatan (AI) kemungkinan akan menghasilkan Perang Dunia Ketiga.
Tahun 2018, Chief Executive Officer Tesla, Elon Musk, juga mengatakan hal yang hampir sama. Dalam pandangan Musk, persaingan antar-negara untuk menjadi pemimpin di bidang Al kemungkinan besar akan menyebabkan Perang Dunia Ketiga.
Di Davos, Jack Ma memberi saran solusinya. Katanya, pendidikan menjadi sangat penting dan orang muda harus dapat melakukan hal-hal yang tidak bisa dilakukan mesin.
Ia pun mengaku masih percaya pada potensi teknologi untuk kebaikan. Jack Ma menyoroti perubahan iklim sebagai area yang teknologi dapat digunakan untuk memberikan rmanfaat bagi masyarakat. Dari data yang didapat, misalnya, dapat digunakan para ahli untuk pemakaian bahan bakar fosil secara efisien dan cerdas.
“Saya bukan orang teknologi, tapi saya percaya teknologi itu bagus untuk manusia. Dan sebagai perusahaan teknis, tidak menjadi jahat saja tidak cukup,” tutur Jack Ma. “Anda harus melakukan hal-hal baik untuk dunia, melakukan hal-hal baik untuk masa depan, dan percaya kepada orang muda.”
Terkait pernyataan “tidak menjadi jahat” itu, Google pernah menjadikan klausa tersebut sebagai moto. Bahkan menjadikan bagian dari kode etik internal perusahaannya sejak tahun 2000. Tahun 2018 lalu, sebagian besar klausa tersebut sudah dihapus, walau masih ada yang muncul di akhir kalimat dokumen.
Jack Ma pada November 2018 lalu juga pernah melontarkan pandangannya soal perang dagang antara Cina dan Amerika Serikat. Menurut dia, persaingan dagang itu adalah hal yang tak masuk akal dan membuat konflik Amerika Serikat dan Cina semakin memanas.
Dia menganggap tak ada gunanya menargetkan barang-barang karena Asia nantinya akan menjadi pembeli terbesar produk asing, termasuk di sektor jasa. “Perang dagang merupakan hal terbodoh di dunia,” katanya dalam sebuah forum di Shanghai, seperti dikutip dari Bloomberg, 6 November 2018. Ia ketika itu juga mengatakan, komunitas bisnis global menentang perang dagang tersebut. [PUR]