Istana: Sebagai Oposan, Prabowo Wajib Kritik Pemerintah

Ilustrasi: Seskab Pramono Anung menjawab wartawan usai menghadiri acara di Istana Negara, Jakarta, Kamis (23/8/2018)/setkab.go.id-Oji

Koran Sulindo – Istana Negara tidak mempersoalkan kritik Prabowo Subianto yang menyebut tingkat korupsi di Indonesia ibarat penyakit kanker yang berada di tahap stadium 4. Mengkritik disebut sudah menjadi kewajiban dari oposisi terutama dari calon presiden Prabowo.

Dikatakan Sekretaris Kabinet, Pramono Anung, calon presiden dari oposisi tentu saja wajib untuk mengkritik pemerintah. Sebab, jika tidak ada kritik justru membuat wacana perpolitikan Indonesia tidak dinamis. Sementara kritik tersebut bagi pemerintah dinilai sebagai koreksi.

“Kritik Prabowo itu ibarat obat kuat bagi pemerintah. Juga menjadi bagian dari proses demokrasi yang diselenggarakan di Indonesia,” kata Pramono seperti dikutip CNN Indonesia pada Rabu (28/11).

Dalam forum diskusi yang digelar majalah The Economist di Singapura pada Selasa (27/11), Prabowo mengkritik beberapa kebijakan pemerintah yang dinilainya kurang baik. Kebijakan itu antara lain pelayanan yang kurang baik bagi orang tidak mampu, birokrasi yang rumit dan ketidakpastian hukum.

Soal ini, kata Pramono, Prabowo juga perlu melihat capaian-capaian yang dihasilkan pemerintah Joko Widodo-Jusuf Kalla. Buktinya persepsi masyarakat atas kinerja pemerintah melalui hasil survei sekitar 70 persen mengaku puas atas kinerja pemerintah. Berkiatan dengan penurunan tingkat kemiskinan, Pramono mengutip hasil Badan Statistik Pusat (BPS) yang menyebutkan pertama dalam sejarah jumlah orang miskin hanya satu digit.

Tentu saja, Pramono mengakui hasil-hasil tersebut sebagai bentuk kinerja positif pemerintah Jokowi-Kalla.

Di samping yang sudah disebutkan, dalam forum tersebut, Prabowo juga menyinggung tentang wabah korupsi di Indonesia seperti penyakit kanker yang berada di level 4. Juga tentang kesenjangan sosial yang semakin parah di Indonesia menjadi sorotan Prabowo.

Elite kekuasaan, kata Prabowo, berpkir bahwa semua bisa “dibeli”. Karena rakyat miskin, maka tinggal diberikan beras dan rakyat akan memilih kandidat tertentu, kata Prabowo. Elite karena itu merasa tinggal “menyuap” semua orang agar bisa terpilih menjadi presiden kelak. [KRG]