Istana Negara Dari Kediaman Belanda Menjadi Saksi Bisu Sejarah Indonesia

Sumber foto : RRI

Di balik gemerlapnya Jalan Merdeka Utara, sebuah monumen bersejarah berdiri megah, menjadi saksi bisu perjalanan panjang Indonesia. Istana Negara, yang terletak dalam Komplek Istana Kepresidenan Jakarta, adalah tempat yang sarat akan sejarah, mengawali peran pentingnya sebagai rumah peristirahatan seorang warga negara Belanda, J. A. Van Braam.

Pada tahun 1821, peristiwa bersejarah terjadi ketika rumah ini dibeli oleh pemerintah kolonial. Istana Negara pun kemudian diangkat sebagai pusat kegiatan pemerintahan dan tempat tinggal Gubernur Jenderal, memberikan warna baru pada arsitektur dan ruang-ruangnya yang luas seluas 3.375 meter persegi.

Dibangun dengan megah, Istana Negara menghadirkan keindahan arsitektur gaya Yunani Kuno. Dua tingkat bangunan ini menjadi saksi bisu perubahan zaman dan kebijakan, hingga pada tahun 1848, bagian atas dan depan lantai bawahnya direnovasi untuk memberikan tampilan yang lebih resmi dan sesuai dengan fungsi kenegaraan yang semakin berkembang.

Kini, Istana Negara bukan hanya menjadi saksi sejarah, tetapi juga menjadi pusat kegiatan pemerintahan negara yang penting. Sebagai tempat pelaksanaan berbagai acara kenegaraan, Istana Negara menjadi saksi setiap rapat kerja nasional, pelantikan pejabat tinggi negara, pembukaan negara, dan berbagai acara kenegaraan lainnya.

Penting untuk dicatat bahwa Istana Negara, dengan segala megahnya, tidak hanya sekadar bangunan bersejarah. Ia merupakan panggung bagi dinamika kehidupan kenegaraan Indonesia. Dengan ciri khas arsitektur Yunani Kuno yang memukau, setiap sudut Istana Negara menyimpan cerita dan arti yang mendalam, menjadi wujud konkret dari evolusi sejarah Indonesia yang kaya.

Dengan segala keindahan dan keagungan, Istana Negara memainkan peran kunci dalam membentuk dan menuliskan lembaran baru sejarah Indonesia. Suasana yang tercipta di dalamnya menjadi saksi bisu setiap langkah dan keputusan yang membentuk negara ini. Ia bukan hanya bangunan batu bata dan semen, tetapi juga simbol kekuatan dan kebesaran sebuah negara yang terus berkembang. [UN]