Israel Todong Iran dengan 200 Hulu Ledak Nuklir

Fasilitas nuklir Dimona, tempat Israel membangun senjata nuklirnya.

Korang Sulindo – Keputusan Amerika Serikat menarik diri dari perjanjian nuklir dengan Iran memicu bahaya ekstrim tak hanya bagi Timur Tengah.

Untuk memahami implikasi keputusan itu Israel terus menerus menggambarkan perjanjian itu sebagai kekalahan Barat pada ‘poros kejahatan yang dipimpin oleh Iran.

Fakta tak terbantahkan adalah, justru Israel yang memiliki nuklir bukan Iran.

Pada tahun 2015, Iran menandatangani Rencana Aksi Komprehensif Bersama (JCPOA) yang diteken bersama AS, Cina, Rusia, Jerman, Prancis dan Inggris.

Berdasarkan perjanjian tersebut, Iran setuju mengekang pengembangan progam nuklirnya sebagai ganti pencabutan sanksi ekonomi terhadap negara itu.

Selama lima puluh tahun terakhir, Israel memproduksi bom di fasilitas nuklir Dimona yang membuat negara itu menjadi satu-satu kekuatan nuklir di Timur Tengah.

Israel tak pernah memperdulikan atik Badan Tenaga Atom Internasional atau IAEA karena mereka memang tak meratifikasi Perjanjian Non-Proliferasi Nuklir, yang diteken Iran lima puluh tahun silam.

Salah satu bukti Israel melanggar perjanjian non-proliferasi nuklir adalah kesaksian Mordechai Vanunu yang selama lebih dari tiga puluh tahun bekerja di Reaktor Dimona.

Vanunu diculik Mossad di Roma lalu diangkut ke Israel dan dijatuhi hukuman 18 tahun penjara. Setelah bebas tahun 2004, Israel tetap mengenakan pembatasan ketat kepada Vanunu.

Meski tak satupun penyelidikan digelar untuk mengetahui kemampuan nuklir Israel, negara itu diperkirakan memiliki 100-400 hulu ledak nuklir termasuk mini-nukes, sebuah generasi baru bom nuklir.

Sebagaimana ditegaskan oleh berkali-kali inspeksi IAEA di bawah perjanjian dan pengawasan internasional yang ketat, Iran jelas takmemiliki satupun bom nuklir dan memang berkomitmen untuk tidak membuatnya.

Sebuah email mantan Menteri Luar Negeri AS Colin Powell yang bocor pada 3 Maret 2015 justru terungkap bahwa, “anak-anak di Teheran tahu Israel memiliki 200 senjata nuklir yang semuanya menargetkan Teheran, dan kami memiliki ribuan”.

Israel diduga juga terus memproduksi plutonium dan tritium dalam jumlah yang sanggup untuk membuat ratusan lagi hulu ledak nuklir.

Bom-bom itu siap diluncurkan menggunakan rudal balistik seperti Jericho 3 atau jet tempur seperti F-15, F-16 dan yang terbaru F-35.

Sekutu Eropa AS, yang secara resmi terus mendukung perjanjian nuklir Iran, pada dasarnya tetap merupakan sekutu Israel.

Jerman sejauh ini telah memasok Israel dengan enam kapal selam Dolphin yang dimodifikas untuk meluncurkan rudal jelajah nuklir, dan menyetujui tiga lagi.

Sementara Prancis, Italia, Yunani dan Polandia mengikuti AS berpartisipasi dalam latihan militer bertajuk Blue Flag 2017 yang merupakan latihan internasional terbesar dalam sejarah Israel.

Italia bahkan terikat perjanjian kerja sama militer termasuk berpartisipasi dalam latihan menggunakan jet tempur Tornado dari Wing ke-6 Ghedi yang ditugaskan untuk membawa bom nuklir B-61 milik AS. (TGU)