Iran Protes kepada AS karena Menangkap Wartawati Press TV

Wartawati Press TV, Marzieh Hashemi [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Biro Investigasi Federal (FBI) menangkap seorang warga Amerika Serikat (AS) yang bekerja sebagai wartawati untuk teleivisi milik pemerintah Iran, Press TV. Akan tetapi, penangkapan terhadap Marzieh Hashemi, 59 tahun tanpa alasan dan dasar hukum yang jelas.

Hashemi ditahan setelah baru tiba di bandara internasional St. Louis Lambert, Missouri pada Minggu (13/1) lalu. Setelah itu FBI segera memindahkannya ke rumah tahanan di Washington. Karena penangkapan itu, FBI memaksanya untuk melepaskan hijabnya.

Hashemi seperti yang dilaporkan teleSUR pada Rabu (16/1), merupakan warga AS kelahiran Melanie Franklin. Setelah ditahan, Hashemi juga dihidangkan makanan berupa babi. Karena perlakuan tersebut, Press TV protes keras terhadap penangkapan dan perlakuan kekerasan terhadap Mazieh Hashemi.

Hashemi merupakan biro untuk jaringan berita televisi berbahasa Inggris untuk Press TV. Dalam 2 hari pertama, media massa Iran menyebutkan, Hashemi tidak diizinkan untuk menghubungi siapapun. Keluarganya juga tak bisa menghubunginya. Setelah 2 hari ditahan, bari Hashemi diizinkan untuk menghubungi putrinya.

Kepada putrinya, Hashemi bercerita, pihak FBI menangkap dan menahannya tanpa tuduhan yang jelas. Ketika ditangkap, Hashemi menerima perlakuan yang tidak sopan karena dipaksa untuk melepaskan hijabnya dan dipaksa untuk memakan daging babi padahal tidak sesuai Islam.

Karena itu, ia menolak memakannya dan hanya memakan kerupuk yang dibungkus dalam plastik. Ia karena itu menjadi kekurangan makanan ditambah lagi cuaca dingin sehingga membuat tubuhnya menjadi lemas dan lemah.

Juru bicara Kementerian Luar Negeri Iran, Bahram Qasemi mengatakan, pihaknya mengutuk keras penangkapan tanpa dasar hukum kepada Marzieh Hashemi. Ditambah lagi Hashemi mendapat perlakuan buruk di penjara Washington.

Atas dasar itu, pemerintah Iran dan Press TV mendesak pemerintah AS untuk membebaskan Hashemi tanpa syarat. Dan menuntut pemerintah AS untuk meminta maaf kepada seluruh wartawan dunia dan komunitas media massa karena memperlakukan mereka tidak manusiawi an