Iran: Kompromi dengan Israel Tak Termaafkan

Pemimpin Tertinggi Iran, Ayatollah Ali Khamenei.

Koran Sulindo – Sikap lunak Arab Saudi kepada Israel merupakan kesalahan yang tidak dapat dimaafkan. Sebagai sesama negara muslim, Saudi seharusnya justru mendukung perlawanan Palestina dan bukan membela Israel.

Hal tersebut disampaikan Pemimpin Tertinggi Iran Ayatollah Ali Khamenei mengomentari pernyataan Putra Mahkota Saudi Mohammed bin Salman atau MBS.

“Langkah menuju negosiasi dengan rezim yang curang, penuh kebohongan dan menindas itu adalah sebuah kesalahan besar dan sangat tidak bisa dimaafkan. Ini hanya akan memundurkan upaya kemerdekaan rakyat Palestina,” kata Khamenei melalui sebuah pernyataan resmi yang dibacakan, Rabu (4/4).

Khamenei lebih lanjut tetap meminta negara-negara Muslim terus berusaha sepenuh hati untuk mengalahkan Israel.

“Dengan perjuangan yang intens dan terencana, mereka harus memaksa musuh mundur ke titik kematian.”

Saudi yang didominasi Muslim Sunni memiliki perseteruan historis dengan Iran yang dihuni oleh mayoritas Syiah.

Kedua negara itu saling berebut pengaruh untuk menjadi kekuatan dominan di Timur Tengah. Melalu proksi-proksinya mereka berselisih di Yaman, Suriah, Irak hingga Lebanon.

Di Suriah, Iran berada di sisi Presiden Bashar al-Assad dan Rusia. Sementara itu di bawah pimpinan Saudi, negara-negara di kawasan itu mengirim bantuan keuangan dan persenjataan kepada pemberontak.

Di Yaman, Saudi bahkan mengirim tentara dan peralatan perangnya untuk menegakkan stabilitas di negeri namun mendapat perlawanan sengit gerilyawan Suku Houthi yang didukung Iran.

MBS dalam sebuah wawancara dengan The Atlantic menyebut Israel memiliki kedudukan sama dengan Palestina sekaligus berhak memiliki tanah air dan hidup damai di tanah mereka sendiri.

Meski tak secara resmi mengakui keberadaan Israel, namun komentar tersebut menjadi indikasi paling jelas atas pencarian hubungan kedua negara itu.

Saudi secara terbuka berkali-kali menyebut normalisasi hubungan dengan Israel tergantung pada penarikan Israel dari wilayah Arab yang dikuasai dalam perang tahun 1967. Wilayah inilah yang bakal menjadi negara Palestina di masa depan.

Pada November tahun lalu, seorang anggota kabinet Israel membocorkan kontak terselubung antara Israel dan Saudi, pengakuan itu disangkal secara kategoris oleh Riyadh.(TGU)