Jakarta – Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi memperingatkan pada Senin (28/07/2025) bahwa Iran akan merespons Amerika Serikat dan Israel dengan “cara yang lebih tegas” jika mereka menyerang Iran lagi.
Komentar tersebut tampaknya menanggapi pernyataan Presiden AS Donald Trump, yang sebelumnya mengancam akan “menghapus” program nuklir Republik Islam Iran jika melanjutkan aktivitas nuklirnya setelah serangkaian serangan AS bulan lalu.
“Jika agresi terulang, kami tidak akan ragu untuk bereaksi dengan cara yang lebih tegas dan dengan cara yang TIDAK MUNGKIN ditutup-tutupi,” kata Menteri Luar Negeri Iran Abbas Araghchi dalam sebuah unggahan di X.
“Jika ada kekhawatiran tentang kemungkinan pengalihan program nuklir kami ke tujuan non-damai, ‘opsi militer’ terbukti tidak efektif—tetapi solusi yang dinegosiasikan mungkin berhasil,” tambahnya.
Masih belum jelas seberapa besar kerusakan yang disebabkan oleh serangan AS terhadap fasilitas nuklir Teheran, yang terjadi setelah Israel melancarkan kampanye pengeboman mendadak yang katanya bertujuan untuk mencegah Iran memperoleh senjata atom.
Selama perang 12 hari, Iran menanggapi dengan serangan rudal ke kota-kota Israel, serta satu serangan ke pangkalan AS di Qatar—sebuah tanggapan yang sebelumnya diabaikan Trump.
Dalam kunjungannya ke Skotlandia pada hari Senin, Trump menegaskan bahwa serangan sebelumnya terhadap Iran telah “menghancurkan potensi nuklir mereka” dan mengatakan Iran telah mengirimkan “sinyal-sinyal buruk”.
“Mereka bisa memulai lagi. Jika mereka melakukannya, kami akan menghancurkannya lebih cepat daripada Anda bisa mengacungkan jari,” tambahnya, dikutip dari The Times of Israel.
Sebelum perang pecah, Amerika Serikat dan Iran berselisih pendapat soal pengayaan uranium—Teheran menyebutnya sebagai hak yang “tidak bisa dinegosiasikan”, sementara Washington menyebutnya “garis merah”.
Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) menyatakan Iran adalah satu-satunya negara non-nuklir yang saat ini memperkaya uranium hingga 60 persen—hanya selangkah lagi dari pengayaan 90 persen yang dibutuhkan untuk senjata nuklir.
Teheran, yang secara konsisten membantah sedang mengembangkan bom, menyatakan terbuka untuk membahas laju dan tingkat pengayaan, tetapi tidak untuk membahas hak pengayaan itu sendiri.
Dalam unggahannya, Araghchi mengatakan: “Tidak ada orang waras yang akan mengabaikan hasil investasi besar-besaran untuk teknologi dalam negeri dan damai” hanya karena intimidasi asing. [BP]