Koran Sulindo – Presiden Joko Widodo menghadiri acara perayaan ulang tahun Presiden Ke-5 RI Megawati Soekarnoputri hari ini. Presiden Jokowi menyampaikan doa usai menghadiri Pagelaran Bangun Pemudi Pemuda itu.
“Dalam hari yang berbahagia ini saya ingin menyampaikan selamat ulang tahun yang ke-70 plus 1 plus 1, dan semoga Allah selalu memberikan kesehatan kepada beliau dan Allah selalu memberikan kebahagiaan kepada Bu Megawati Soekarnoputri,” kata Presiden, di Hotel Sahid, Jakarta, Rabu (23/1/2019).
Wakil Presiden Jusuf Kalla juga hadir di acara itu dan bersama Jokowi menerima buku berjudul “The Brave Lady” yang berisi komentar orang-orang tentang Megawati.
Sebelumnya, dalam sambutannya Megawati berpesan kepada pemuda pemudi Indonesia untuk bertanggung jawab dalam menggunakan telepon pintar. Ia juga bercerita tentang perkembangan seni budaya yang dialami oleh pemuda pemudi saat ini.
Megawati juga mengapresiasi acara perayaan ulang tahun ke-72 yang diselenggarakan oleh DPP PDI Perjuangan tersebut.
“Senang hari ini karena biasanya hari ini hari kerja, tapi dihibur oleh anak-anak yang manis-manis ini,” kata Megawati.
Sejumlah pentas seni tari tradisional dan modern ditampilkan dalam perayaan HUR ke-72 Megawati itu oleh sanggar Swara Gembira, yang memadukan aksi teatrikal yang menyajikan tarian enerjik anak-anak muda.
Sajian pagelaran “Bangun Pemudi Pemuda” menyimbolkan keragaman seni budaya, adat daerah, suku, hingga keragaman profesi bangsa Indonesia dari Sabang sampai Merauke dan dari Miangas hingga Pulau Rote.
Pada awal acara, tarian ditampilkan oleh sejumlah wanita yang memegang busur dan panah dengan gemulai mengikuti lagu Bengawan Solo menari dengan mengenakan busana putih.
Tidak ketinggalan sajian lenong Betawi sebagai aksi musikal lagu ciptaan maestro seniman Betawi kenamaan, Benyamin Syuaib, dengan lagunya “Minta Duit”.
Mengakhiri acara, kesenian reog dan “jaranan” serta gabungan para penari yang telah tampil menyanyikan bersama lagu “Bangun Pemudi Pemuda”.
Acara itu dipandu oleh komedian Cak Lontong dan seniman Butet Kertaradjasa.
Peluncuran Buku
Sebelumnya, sejumlah menteri pada pemerintahan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri maupun Kabinet Kerja hadir pada peluncuran dan bincang buku “The Brave Lady” hari ini.
Buku “The Brave Lady” berisi tentang kepemimpinan Presiden kelima RI Megawati Soekarnoputri dalam catatan para Menteri Kabinet Gotong-Royong.
Hadir pada acara peluncuran buku tersebut mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, Hamzah Haz, dan Boediono. Menteri pada Kabinet Gotong Royong Hassan Wirajuda, Yusril Ihza Mahendra, Malik Fajar. Lalu Agum Gumelar, Hatta Rajasa, Purnomo Yusgiantoro, Boediono, dan Rokhmin Dahuri. Mantan Kapolri Da’i Bachtiar, dan mantan Gubernur Bank Indonesia Miranda Goeltom.
Juga Menteri Kabinet Kerja antara lain Darmin Nasution, Susi Pujiastuti, Amran Sulaiman, Eko Sanjoyo, dan Lukman Hakim. Tampak hadir juga mantan Ketua MPR RI Sudarti Danusubroto, serta keluarga Megawati, Guntur Soekarnoputra dan Sukmawati Soekarnoputri.
Pada kesempatan tersebut, empat Menteri Kabinet Gotong memberikan testimoni pengalamannya pada kepemimpinan Presiden Megawati Soekarnoputri. Mereka adalah Menteri Pertambangan dan Energi Purnomo Yusgiantoro, Menteri Hukum dan Perundangan Yusril Ihza Mahendra, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Malik Fajar, serta Menteri Keuangan Boediono.
Purnomo Yusgiantoro mengaku pernah memberikan julukan kepada Megawati Soekarnoputri sebagai “The Brave Lady”, wanita pemberani, dalam sebuah tulisan tahun 2003.
“Saya tidak menyangka, ternyata istilah tersebut dipakai sebagai judul buku dan menjadi tema utama buku yang diluncurkan hari ini,” katanya.
Purnomo menceritakan, latar belakang dirinya menyebut Megawati sebagai “The Brave Lady” adalah terkait dengan persoalan minyak, di mana Indonesia harus bertemu dengan Amerika Serikat untuk membicarakan harga minyak dunia. Purnomo mengusulkan kepada Megawati untuk melakukan kunjungan ke Amerika Serikat dan bertemu dengan presiden. Menjelang waktu kunjungan, terjadi peristiwa gedung kembar di New York ditabrak oleh pesawat, yang dikenal dengan peristiwa 11 September.
“Namun Ibu Megawati tetap berangkat ke Amerika,” kata Purnomo. [CHA/DAS]