Peningkatan harga pangan dan kebutuhan harian masyarakat dinilai akan menjadi faktor utama naiknya inflasi bulan Juli 2022. Dengan kondisi yang ada inflasi diperkirakan mencapai 4,5 persen dibanding bulan yang sama pada tahun sebelumnya atau year on year (YoY).
Analis ekonomi makro Irman Faiz menilai inflasi pada bulan Juli 2022 bisa berada di kisaran 4,4% yoy hingga 4,5% yoy. Peningkatan inflasi pada bulan Juli 2022 ini bakal didorong oleh peningkatan harga pangan.
“Inflasi masih ada potensi meningkat karena inflasi kelompok harga pangan bergejolak (volatile food) yang masih akan tinggi dan inflasi inti yang akan terus membaik,” tutur Faiz, yang di lansir Kontan Jumat (1/7).
Selain itu, inflasi pada Juli 2022 juga dipengaruhi oleh pembatasan pembelian bahan bakar minyak (BBM) jenis Pertalite dan tarif listrik. Namun, Faiz menekankan dampaknya tidak akan besar.
Untuk menjaga agar inflasi tidak terlalu melambung, maka Faiz mengimbau agar pemerintah tetap menjaga pasokan pangan. Selain itu, dari sisi moneter, bisa dilakukan penyesuaian suku bung acuan agar inflasi nantinya bisa diredam dan tidak terlalu tinggi.
Merujuk pada pernyataan Gubernur BI Perry Warjiyo, Faiz juga meyakini BI masih akan menahan suku bunga acuan pada bulan ini. Menurut perkiraan Faiz, suku bunga acuan akan naik pada kuartal III-2022, atau di sekitar Agustus 2022 atau September 2022.
Harga pangan akan terus naik
Tingginya harga pangan di pasaran juga diperkirakan akan terus berlangsung. Bahkan harga akan lebih tinggi bulan Juli ini karena peningkatan konsumsi jelang perayaan Idul Adha.
Ikatan pedagang Pasar Indonesia (Ikappi) melaporkan harga pangan di pasar masih terpantau tinggi. Sekretaris Jenderal DPP Ikappi, Reynaldi Sarijowan mengatakan bahwa pada bulan Juli ini diprediksikan akan ada banyak permintaan komoditi pangan.
Menurutnya, seperti pada tahun-tahun sebelumnya, biasanya akan ada kenaikan permintaan dan kenaikan harga pangan jelang perayaan Idul Adha.
“Kami melihat bahwa bulan juli ini, seharusnya permintaan akan melonjak karena bertepatan dengan Idul Adha yang tentunya akan berpengaruh pada harga pangan. Prediksinya harga pangan akan lebih naik dari yang sekarang,” jelas Reynaldi.
Oleh karenanya, Sekretaris Jenderal DPP Ikappi, Reynaldi Sarijowan menghimbau agar pemerintah segera melakukan percepatan distribusi pangan dari sentra sentra pertanian di Indonesia menuju pasar.
Hasil dari pantauan harga yang dilakukan oleh Ikappi. harga minyak goreng curah saat ini masih di level Rp. 15.700 per kg–15.800 per liter, bawang merah mencapai Rp 69.000 per kg-70.000 per kg.
Setelah itu harga cabai kata dia juga mengalami kenaikan yaitu, harga cabe merah keriting naik menjadi Rp 95.000 per kg-96.000 per kg yang sebelumnya Rp 80.000 per kg, cabe merah TW besar naik menjadi Rp 90.000 per kg yang sebelumnya Rp 80.000 per kg dan cabe rawit merah masih bertengger di angka Rp. 120.000 per kg.
“Ini semua di atas normal, biasanya harga cabe normal itu di level Rp 30.000 per kg–35.000 per kg,” tuturnya.
Sementara harga ayam boiler mencapai Rp. 42.000 per ekor dan telur masih fluktuatif diangka Rp 29.000 per kg–Rp 29.500 per kg. [PAR]