Mempunyai garis pantai mencapai 81.290 km lebih, Indonesia ada pada posisi kedua sebagai negara dengan garis pantai terpanjang di dunia setelah Kanada.
Garam banyak diproduksi dari pengolahan air laut di tambak-tambak sepanjang garis pantai. Tetapi ternyata hasil garam produksi dalam negeri masih kurang untuk memenuhi kebutuhan garam nasional, mengapa?
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS), total impor garam Indonesia pada tahun 2023 mencapai 2,8 juta ton. Angka ini meningkat dari tahun-tahun sebelumnya.
Dengan garis pantai yang sangat panjang idealnya kondisi ini berpotensi untuk mendapatkan garam dalam jumlah besar, karena air laut mempunyai tingkat salinitas yang tinggi atau juga mempunyai kandungan NaCl di dalamnya.
Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) menilai kualitas garam produksi Indonesia belum memenuhi standar kualitas garam untuk industri, jadi selama ini hanya dimanfaatkan untuk bahan konsumsi rumahan saja. Hal ini dikarenakan kualitas garam di Indonesia belum mencapai NaCl 97-98%, untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku industri.
Garam tambang
Garam tambang lebih banyak dipakai dalam industri karena kemurnian kandungan NaCl di dalamnya. Berbeda dengan garam yang diproses dari air laut dengan masa penguapan 2-3 hari, ‘kematangan’ garam tambang lebih sempurna karena berproses ribuan/jutaan tahun.
Garam tambang adalah garam yang diperoleh dari lapisan bawah tanah, biasanya melalui proses penambangan. Garam ini terbentuk dari endapan garam purba yang tersisa akibat penguapan laut atau danau garam jutaan tahun yang lalu. Setelah air menguap, kristal garam tertinggal dan akhirnya tertimbun oleh lapisan tanah atau batuan lainnya seiring waktu.
Garam tambang memiliki komposisi utama natrium klorida (NaCl), meski juga mengandung mineral lain seperti magnesium, kalsium, dan kalium. Warna tergantung pada kandungan mineralnya, garam tambang dapat berwarna putih, abu-abu, hingga merah muda (misalnya, garam tambang Himalaya).
Garam tambang sering digunakan untuk berbagai keperluan, seperti konsumsi rumah tangga dan terutama untuk industri (seperti pengolahan kimia dan pencairan salju).
Negara yang menambang garam paling banyak di dunia adalah Cina. Cina memimpin dalam produksi garam global, baik garam laut maupun garam tambang. Banyak faktor yang mendukung posisi Cina sebagai produsen garam terbesar di dunia.
Cina memiliki wilayah yang luas dengan banyak sumber daya garam, baik yang berasal dari laut maupun endapan tambang garam purba. Banyaknya wilayah pesisir dan danau garam memungkinkan negara ini untuk memproduksi garam laut dalam jumlah besar.
Cina menggabungkan berbagai metode untuk menghasilkan garam, mulai dari penguapan air laut (garam laut) hingga penambangan garam dari lapisan batuan bawah tanah (garam tambang). Negara ini juga menggunakan teknologi modern dalam penambangan dan pemrosesan garam, meningkatkan efisiensi produksi. Cina tidak hanya memenuhi kebutuhan domestik yang besar, tetapi juga menjadi eksportir utama garam ke berbagai negara.
Negara lain dengan produksi garam yang besar adalah India, Amerika Serikat, Jepang, dan Spanyol.
India merupakan salah satu produsen garam terbesar di dunia, terutama garam laut yang diproduksi melalui penguapan air laut di sepanjang pantai. AS, khususnya melalui negara bagian seperti Texas dan Louisiana, juga memiliki produksi garam tambang yang besar. Jepang dan Spanyol juga memiliki produksi garam yang signifikan, dengan garam laut yang terkenal.
Namun, Cina tetap yang paling dominan dalam hal total produksi garam di dunia.
Mengapa Indonesia masih impor?
Indonesia hanya mengandalkan garam dari produksi penguapan air laut, karena tidak memiliki tambang garam. Proses penguapan air alut sangat tergantung pada cuaca, hal yang tidak bisa dipastikan, sehingga banyak pengolahan yang gagal di tengah proses.
Indonesia tidak memiliki tambang garam karena kondisi geologi dan sejarah geologinya tidak mendukung pembentukan endapan garam bawah tanah. Tambang garam terbentuk dari endapan garam purba yang berasal dari penguapan laut kuno jutaan tahun lalu, yang kemudian tertutup oleh lapisan batuan sedimen.
Indonesia merupakan negara dengan aktivitas tektonik yang tinggi dan kondisi geologi yang dinamis, sehingga lapisan sedimen stabil yang mengandung garam jarang terbentuk atau terawetkan.
Indonesia adalah negara tropis dengan tingkat kelembapan dan curah hujan tinggi. Hal ini tidak mendukung proses pengawetan endapan garam alami di permukaan atau bawah tanah, yang lebih cocok terbentuk di wilayah kering atau semi-kering.
Tambang garam biasanya terbentuk di daerah yang pernah memiliki laut dangkal yang terisolasi (seperti di Cina, Amerika atau Eropa), yang memungkinkan air laut menguap sepenuhnya dan meninggalkan endapan garam. Di Indonesia, proses geologis seperti ini jarang terjadi karena pulau-pulau Indonesia sering terpengaruh oleh pergerakan tektonik dan perubahan lingkungan yang cepat.
Indonesia lebih mengandalkan produksi garam laut karena letaknya sebagai negara kelautan dengan garis pantai yang sangat panjang. Produksi garam di Indonesia dilakukan melalui proses penguapan air laut di tambak-tambak garam, terutama di daerah yang lebih kering seperti Madura, Jawa Timur, dan Nusa Tenggara.
Karena hanya dapat memproduksi garam dari laut, jumlahnya sangat kurang untuk memenuhi kebutuhan garam secara nasional, baik untuk industri maupun rumah tangga. Berbeda dengan negara-negara yang memiliki tambang garam, skala produksinya jauh lebih banyak.
Meskipun tidak memiliki tambang garam, Indonesia memiliki potensi besar untuk meningkatkan kualitas dan kuantitas produksi garam laut, jika mampu menerapkan teknologi pengolahan secara modern.
Berikut angka-angka impor garam Indonesia dari tahun 2017 hingga 2023, data dari Badan Pusat Statistik. [KS]