Indonesia Incar Posisi Penting di Industri Nikel Dunia

BESARNYA cadangan nikel Indonesia dan peningkatan produksi secara berkesinambungan membuat Indonesia menjadi pemain penting industri nikel dunia. Produksi nikel diestimasikan menembus 1 juta ton pada 2021 dan akan terus meningkat.

Saat meresmikan Implementasi Tahap Kedua Industri Baterai Listrik Terintregasi, Kabupaten Batang, Jawa Tengah, Rabu (22/6) Presiden Joko Widodo (Jokowi) menyampaikan keyakinannya bahwa Indonesia akan menjadi negara produsen utama barang berbasis nikel di pasar global.

“Sekali lagi Indonesia akan menjadi produsen utama produk-produk barang yang berbasis nikel seperti lithium battery, baterai listrik, baterai kendaraan listrik,” kata Presiden Jokowi.

Karena itu yang menjadi alasan Pemerintah menghentikan ekspor bahan mentah sumber daya alam secara bertahap. Sejak awal 2020, Indonesia sudah menyetop ekspor bahan mentah bijih nikel.

Ke depannya, Indonesia akan menyetop ekspor bahan mentah bauksit agar industri dalam negeri dapat mengolah bauksit menjadi almunium sehingga tidak perlu lagi impor.

Penghentian ekspor bahan mentah sekaligus hilirisasi industri dari bahan mentah sumber daya alam, ujar Presiden, menjadi kesempatan emas untuk membangun ekonomi hijau Indonesia.

“Saya minta seluruh jajaran pemerintah pusat dan daerah untuk terus memberikan dukungan penuh terhadap proyek ini (Industri Baterai Listrik Terintregasi) agar segera terealisasi,” kata Presiden.

Produksi nikel Indonesia

Sebagai negara dengan cadangan nikel terbesar di dunia, Indonesia didorong untuk mampu memanfaatkan momentum tingginya harga nikel dunia saat ini.

Kenaikan harga nikel secara global terkait juga dengan perang antara Rusia dengan Ukraina. Perang yang berkecamuk di Eropa Timur memicu kekhawatiran di pasar bahwa pasokan nikel global akan semakin tipis karena gangguan produksi di Rusia.

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) mencatat, produksi olahan nikel Indonesia mencapai 2,47 juta ton pada 2021. Angka ini naik 2,17 persen dibandingkan 2020 yang sebesar 2,41 juta ton.

Tren produksi olahan nikel di Indonesia mengalami pertumbuhan setiap tahunnya. Pada awalnya produksi olahan nikel hanya sebesar 927,9 ribu ton pada 2018. Angka ini terus naik, salah satunya ditopang oleh produksi feronikel. Kementerian ESDM pun berencana meningkatkan kembali produksi olahan nikel mencapai 2,58 juta ton pada 2022.

Tahun 2022 ini, Kementerian ESDM mematok produksi olahan nikel dapat mengalami peningkatan. Feronikel ditargetkan meningkat menjadi 1,66 juta ton, nickel pig iron 831.000 ton, dan nickel matte 82.900 ton. Ekspektasinya 5 tahun ke depan produksi nikel ini bisa terus meningkat seiring dengan melimpahnya cadangan nikel Indonesia.

Selain peningkatan produksi, cadangan bijih nikel Indonesia disebut bisa mencapai 73 tahun, untuk jenis bijih nikel kadar rendah di bawah 1,5 persen (limonite nickel).

Asumsi umur cadangan tersebut berasal dari jumlah cadangan bijih nikel limonit mencapai 1,7 miliar ton dan kebutuhan kapasitas pengolahan (smelter) di dalam negeri sebesar 24 juta ton per tahun.

Sementara itu, untuk bijih nikel kadar tinggi di atas 1,5 persen (saprolite nickel), umur cadangan disebutkan hanya cukup untuk sekitar 27 tahun ke depan. Hitungan ini dengan asumsi jumlah bijih saprolit sebesar 2,6 miliar ton dan kapasitas kebutuhan bijih untuk smelter dalam negeri mencapai 95,5 juta ton per tahun.

Investasi asing

Potensi besar industri nikel Indonesia tak luput dari incaran pemain global untuk ambilbagian menanam modalnya di Indonesia. Salah satunya adalah LG. Melalui investasi sebesar 142 triliun rupiah LG memulai pembangunan industri baterai listrik terintegrasi di Batang, Jawa Tengah.

“Saya ingin menyampaikan terima kasih kepada Konsorsium LG yang bekerja sama dengan BUMN Indonesia, perusahaan-perusahaan Indonesia atas kerja kerasnya sehingga hari ini bisa kita mulai pembangunannya,” ujar Presiden dalam acara peresmian pembangunan.

Investasi untuk Industri Baterai Listrik Terintregasi ini disebut dapat menyerap 20 ribu tenaga kerja. Presiden mengapresiasi investasi dari Konsorsium LG tersebut karena memfasilitasi kegiatan industri dari hulu hingga hilir, dari pengolahan bijih nikel, pabrik prekursor, katoda, baterai listrik hingga industri daur ulang baterai.

“Investasi LG ini merupakan investasi pertama di dunia yang mengintegrasikan produksi kendaraan listrik dari hulu sampai ke hilir. Dimulai dari penambangan nikel, smelter, pabrik prekursor, pabrik katoda, kemudian baterai listrik, battery pack, hingga mobil listrik, masih ditambah lagi dengan industri daur ulang baterai,” ujar Presiden Jokowi. [PAR]