Koran Sulindo – Mesir Kuno tidak hanya dikenal dengan peradaban dan keajaiban arsitektur piramida yang menakjubkan, tetapi juga sebagai tempat lahirnya tokoh-tokoh besar yang memelopori perkembangan ilmu pengetahuan.
Salah satu sosok yang memiliki pengaruh besar adalah Imhotep, seorang ilmuwan, arsitek, dan tabib yang hidup lebih dari 4.500 tahun lalu. Tidak hanya tercatat sebagai arsitek pertama di dunia, Imhotep juga menjadi simbol kecerdasan dan inovasi, yang reputasinya bahkan berkembang hingga berabad-abad setelah kematiannya.
Dikenang bukan hanya sebagai penasihat raja dan dokter, Imhotep pada akhirnya diangkat sebagai dewa pengobatan. Berikut ini adalah perjalanan hidup dan pencapaian Imhotep yang menjadikannya salah satu figur paling dihormati dalam sejarah Mesir Kuno.
Imhotep dikenal sebagai salah satu ilmuwan dan arsitek pertama di dunia yang teridentifikasi. Keberadaannya bukan sekadar arsitek biasa, melainkan sosok multitalenta yang memainkan peran penting dalam sejarah Mesir Kuno.
Melansir beberapa sumber, Imhotep hidup pada sekitar abad ke-27 SM di Memphis, Mesir, dan, meski terlahir sebagai rakyat biasa, kecerdasan dan ketekunannya membawanya mencapai puncak tertinggi dalam kariernya sebagai penasihat Raja Djoser, firaun dari dinasti ketiga Mesir.
Arsitek Makam Firaun dan Pencipta Piramida Bertingkat
Sebagai arsitek kerajaan, Imhotep merancang Step Pyramid atau Piramida Bertingkat, makam Raja Djoser yang merupakan salah satu bangunan batu tertua dan paling terkenal di Mesir.
Piramida ini tak hanya menjadi lambang keagungan Mesir Kuno tetapi juga menandai kemajuan besar dalam teknik arsitektur pada masanya. Karya ini menjadi bukti bahwa Imhotep tidak hanya memahami arsitektur, tetapi juga teknologi konstruksi yang sangat maju untuk zamannya.
Pionir dalam Ilmu Pengobatan
Selain arsitektur, Imhotep juga dikenal sebagai seorang dokter yang menolak penggunaan sihir dalam pengobatan. Menurut Ancient Egypt, tulisan-tulisannya yang bertahan menunjukkan bahwa ia mempercayai penyakit disebabkan oleh faktor lingkungan, bukan oleh dewa-dewa atau kekuatan gaib. Dalam hal ini, ia menjadi tokoh pionir dalam dunia kedokteran.
Salah satu peninggalannya yang paling penting adalah papirus medis Edwin Smith, yang diyakini ditulis oleh Imhotep. Papirus ini mencatat berbagai pengetahuan medis, termasuk bedah trauma, anatomi, serta deskripsi pertama tentang sutura kranial, permukaan luar otak, dan cairan serebrospinal.
Selain itu, papirus ini juga berisi 48 kasus medis dengan diagnosis, pengobatan, dan prognosisnya. Teknik-teknik pengobatan seperti trepanasi atau pengeboran tengkorak untuk mengurangi tekanan otak juga tercatat di sini, menjadikannya sebagai dokumen medis tertua yang masih ada hingga saat ini.
Imhotep juga dikenal memiliki kemampuan untuk menggunakan obat-obatan dari tanaman dan mengobati penyakit seperti radang usus buntu, asam urat, dan radang sendi. Kemampuan ini menunjukkan bahwa Imhotep memiliki pengetahuan luas dalam bidang farmakologi dan fisiologi.
Diangkat sebagai Dewa Pengobatan
Imhotep dihormati sebagai sosok cendekiawan yang luar biasa sehingga ia akhirnya dianggap sebagai perantara antara manusia dan para dewa. Pemuka agamanya memuja Imhotep di Memphis, dan ia dipercaya dapat memberikan penyembuhan serta membantu orang dalam menghadapi kesulitan hidup.
Dalam perkembangannya, nama Imhotep bahkan diabadikan sebagai dewa pengobatan oleh bangsa Mesir dan Yunani. Meskipun ia baru mencapai status ini ratusan tahun setelah kematiannya, khususnya setelah Mesir ditaklukkan oleh Persia pada tahun 525 SM kultus Imhotep semakin berkembang hingga masa Yunani-Romawi.
Berdasarkan catatan Britannica, Imhotep diangkat menggantikan Nefertem dalam tiga serangkai dewa besar Memphis, yaitu bersama dengan Ptah, pencipta alam semesta, dan Sekhmet, dewi perang dan wabah penyakit. Imhotep juga disetarakan dengan dewa pengobatan Yunani, Asclepius, dan kuil-kuil untuk menghormatinya dibangun oleh orang Yunani.
Pengaruh yang Bertahan Lama
Penyembahan kepada Imhotep mencapai puncaknya pada masa Yunani-Romawi. Kuil-kuil yang didirikan untuknya di Memphis dan Pulau Philae di Sungai Nil sering dipenuhi oleh para penderita yang berharap mendapatkan penyembuhan melalui mimpi, sebuah praktik keagamaan di mana dewa dipercaya akan memberikan pengobatan. Reputasinya bertahan hingga invasi Arab ke Afrika Utara pada abad ke-7 Masehi.
Imhotep adalah bukti nyata betapa luasnya wawasan ilmu pengetahuan Mesir Kuno dan bagaimana seseorang yang terlahir sebagai rakyat biasa dapat mencapai kedudukan tertinggi berkat kecerdasan, dedikasi, dan kontribusinya bagi masyarakat.
Hingga saat ini, Imhotep tetap dikenang sebagai pelopor di bidang arsitektur, kedokteran, dan ilmu pengetahuan, yang pengaruhnya terasa hingga ribuan tahun kemudian. [UN]