IMF: Perang Dagang Sumber Utama Melemahnya Ekonomi Global

Direktur IMF Christine Lagarde [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Perang dagang, persoalan Uni Eropa dan lain sebagainya memicu ketidakpastian global sehingga membawa pertumbuhan ekonomi global semakin menurun. Karena itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memperkirakan pertumbuhan ekonomi global jauh dari harapan.

Perkiraan pertumbuhan perekonomian yang awalnya diprediksi IMF berada di level 3,7 persen hingga Oktober nanti. Namun, angka itu dipangkas menjadi sekitar 3,5 persen dan pada 2020 tingkat pertumbuhan ekonomi global diperkirakan hanya 3,6 persen.

Karena itu, menurut IMF, seperti yang dilaporkan Channel News Asia pada Senin (21/1), pertemuan tahunan para pemimpin ekonomi dari seluruh dunia menjadi mendesak. Terutama untuk meningkatkan kerja sama dan mencegah risiko yang memicu perlambatan semakin tajam.

Dikatakan IMF, setelah melewati puncak, risiko terhadap pertumbuhan global mengarah ke sisi negatif. Itu sebabnya, perlu kebijakan yang fokus mencegah meningkatnya perlambatan. Beberapa negara yang mengalami penurunan pertumbuhan ekonomi secara tajam meliputi Jerman, Italia, Meksiko dan Prancis.

Akan tetapi, Amerika Serikat (AS) dan Tiongkok, dua negara dengan perekonomian terbesar diperkirakan tumbuh 2,5 persen pada 2019 dan sekitar 1,5 persen pada 2020 untuk AS. Sedangkan untuk Tiongkok diperkirakan meningkat 6,2 persen untuk 2019 dan 2020.

Akibat perang dagang AS dan Tiongkok dengan pengenaan tarif terhadap berbagai produk senilai ratusan miliar dolar semakin melemahkan global. Bahkan ekonomi global semakin rentan terhadap risiko.

“Meningkatnya ketegangan perang dagang tetap menjadi sumber risiko utama bagi perkiraan pertumbuhan,” tulis IMF memperingatkan.

Kendati AS dan Tiongkok sepakat mengadakan “gencatan” perang dagang selama 90 hari sejak 1 Desember tahun lalu, risiko terhadap ekonomi global tetap ada. Dan kemungkinan akan kembali meningkat pada musim semi sehingga membayang-bayangi prospek pertumbuhan ekonomi global tahun ini.

Kekhawatiran lainnya karena perlambatan pertumbuhan di Tiongkok sehingga akan berdampak untuk Asia secara keseluruhan. [KRG]