ILO: Bekerja Tak Menjamin Bebas dari Kemiskinan Ekstrem

ILO

Koran Sulindo – Tingkat pengangguran secara global disebut mengalami penurunan pada tahun lalu. Akan tetapi, jumlah buruh yang terjebak dalam kemiskinan pada yang saat yang sama terus bertambah. Jumlahnya berdasarkan catatan PBB mencapai 700 juta orang.

Selain jumlah buruh miskin itu, pengangguran secara global berada pada level 5,0 persen di 2018. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan 2017 yang berada di level 5,1 persen. Ini menjadi sejarah karena baru pertama kali terjadi bahkan sejak sebelum krisis keuangan 2008 pecah.

Catatan lain yang dimiliki ILO, sebuah lembaga perburuhan di bawah PBB adalah penurunan tingkat pengangguran secara global diperkirakan akan tetap sama hingga 2020 nanti. Pasalnya, dunia sedang dilanda ketidakpastian terutama prospek perekonomian global yang terus memburuk.

Wakil Direktur Jenderal ILO Deborah Greenfield seperti yang dilaporkan Channel News Asia pada Rabu (13/2) mengatakan, jumlah orang yang menganggur diperkirakan akan membengkak 2 juta menjadi 174 juta orang pada tahun depan. Peningkatan ini dikarenakan peningkatan angkatan kerja.

Yang menjadi perhatian ILO adalah ratusan juta orang yang berada di jurang kemiskinan meski memiliki pekerjaan. Bahkan sebagian besar pekerja dari 3,3 miliar yang bekerja di seluruh dunia mengalami penderitaan karena akses yang minim terhadap kesejahteraan, perekonomian dan hal lainnya untuk pembangunan manusia.

Dengan demikian, menurut Direktur Penelitian ILO Damian Grimshaw, memiliki pekerjaan tidak menjamin kehidupan yang layak. Jadi, 700 juta orang pekerja hidup dalam kemiskinan ekstrem atau sedang kendati punya pekerjaan.

Dari total jumlah pekerja itu, sekitar 61 persen atau 2 miliar orang adalah pekerja informal yang bekerja tanpa kontrak dan perlindungan sosial. Beberapa model bisnis baru dengan perkembangan teknologi justru menjadi faktor utama meningkatnya pekerja informal. Dan karena tak adanya kebijakan yang melindungi mereka, maka pekerjaa tersebut bekerja tanpa kontrak dan perlindungan sosial.

Kemudian, masalah lain yang menjadi sorotan laporan ILO adalah kesenjangan gender dan partisipasi angkatan kerja, terutama di negara-negara Arab, Afrika Utara dan Asia Selatan. Untuk 2 hal itu, menurut laporan ILO sama sekali tak ada kemajuan. [KRG]