Ketua Majelis Nasional Venezuela Juan Guaido yang dituduh sebagai boneka AS [Foto: Istimewa]

Koran Sulindo – Setelah Inggris, Jerman dan Prancis, Australia mengikuti jejak ketiga negara itu dengan mengakui Juan Guaido sebagai presiden sementara Venezuela. Guaido merupakan tokoh oposisi yang berupaya mengkudeta pemerintahan sah Venezuela di bawah Presiden Nicolas Maduro.

Media Barat mengkampanyekan, Venezuela berada dalam situasi buruk terutama mengalami krisis ekonomi sehingga kekurangan pangan dan memicu demonstrasi sepanjang hari. Benar, Maduro memang melakukan kesalahan di dalam kebijakan ekonominya sehingga memicu inflasi sangat tinggi.

Sepeti dilaporkan ABC News, Menteri Luar Negeri Australia, Marise Payne mengatakan, pihaknya akan mendukung Guaido hingga pemilihan umum diselenggarakan. Karena itu, Australia mendesak pemerintah Venezuela untuk segera menerapkan demokrasi secepat mungkin, termasuk menegakkan hukum dan hak asasi manusia.

Para pendukung Guaido menyebarkan selebaran kepada militer bahwa mereka akan mendapat pengampunan apabila mendukung oposisi menggulingkan Maduro. Dalam sebuah wawancara dengan televisi Venezuela, Guaido mengajak rakyat untuk ikut serta dalam demonstrasi. Demo damai itu diimbau Guaido dilakukan pada Rabu (30/1) siang selama 2 jam.

Sementara, demo lanjutan akan dilakukan pada Sabtu (2/2) dengan demonstrasi besar-besaran di setiap sudut Venezuela dan di seluruh dunia. Mengapa Sabtu? Karena hari itu merupakan batas waktu yang diberikan Uni Eropa dan negara-negara lain yang mendukungnya untuk mengadakan pemilihan umum.

Sebelumnya, Maduro tampak menggunakan seragam militer ketika sedang latihan militer bersama tentara nasional Venezuela. Ia sempat berpidato dan menanyakan para prajurit apakah para prajurit bagian dari rencana imperialis AS untuk terlibat dalam kudeta terhadap pemerintahannya?

Para prajurit itu menjawab serempak “Tidak, komandan!” [KRG]