Candi Wringin Lawang, Gerbang Masuk Kerajaan Majapahit. (foto: Sulindo)
Candi Wringin Lawang, Gerbang Masuk Kerajaan Majapahit. (foto: Sulindo)

Ibukota sebuah negara menjadi simbol bagi negara itu sendiri, saat ini Indonesia sedang membangun Ibukota yang digadang-gadang akan menjadi Ibukota yang megah dan modern. IKN atau Ibukota Nusantara saat ini sedang dalam tahap pembangunan di kawasan Penajam Paser Utara, Kalimantan Timur. Tapi tahukah anda bahwa Nusantara pernah memiliki Ibukota yang besar dan megah, dengan luas wilayah mencapai kurang lebih 100 kilometer persegi?

Trowulan adalah Ibukota kerajaan Majapahit yang diperkirakan berdiri pada tahun 1293-1527 Masehi. Kerajaan yang didirikan oleh Raden Wijaya ini mencapai puncak kejayaannya di era Raja Hayam Wuruk pada tahun 1350-1389 Masehi. Majapahit merupakan kerajaan Hindu-Budha terahir yang menguasai Nusantara dan menjadi monarki terbesar dalam sejarah Indonesia.

Trowulan merupakan daerah yang terletak di Kabupaten Mojokerto, Jawa Timur, dipercaya dahulu daerah ini merupakan Ibukota kerajaan Majapahit yang luas wilayahnya mencapai kurang lebih 100 kilometer persegi. Trowulan merupakan wilayah yang maju dan menjadi pusat politik, kebudayaan, pendidikan dan perdagangan pada zamannya. Namun saat ini kemegahan Trowulan memang tidak begitu nampak karena terkubur oleh lapisan sejarah dan alam juga menjadi misteri arkeologis terbesar di Indonesia, saat ini sisa-sisa kemegahan Trowulan mulai banyak digali.

Berbagai penemuan yang pernah diangkat disini menunjukan ciri-ciri pemukiman yang cukup maju. Hal ini ditunjukan dari kronik, prasasti, simbol dan catatan yang ditemukan disekitar kawasan tersebut.

Kemegahan Trowulan juga terabadikan dalam kitab perjalanan dari Tiongkok yaitu kitab Yingyai Shenglan, kitab ini merupakan naskah catatan sejarah yang berasal dari Tiongkok abad ke-15 yang ditulis oleh Ma Huan. Kitab atau buku ini menjelaskan mengenai negara-negara yang dikunjungi Ma Huan, termasuk perjalanannya ke Majapahit atau Man-The-Po-I dan disebutkan bahwa Man-The-Po-I merupakan kota yang sangat besar, dimana Raja bermukim di dalamnya.

Untuk penamaan Trowulan, ada dua pendapat terkait penamaan wilayah ini. Pertama menurut Henri MacLaine Pont yang merupakan arsitek populer pada masa Hindia Belanda diawal abad ke-20, dirinya berpendapat bahwa nama Trowulan berasal dari Setra Wulan, sedangkan pendapat lain yang bersumber dari Serat Darmagandhul pupuh XX, nama Trowulan berasal dari tempat dimana Raja Brawijaya V meminta untuk dimakamkan ketika meninggal dunia yaitu Sastrawulan.

Kemegahan Trowulan

Menurut catatan sejarah seperti Negarakertagama karangan Mpu Prapanca disebutkan bahwa Trowulan merupakan kota yang dirancang sangat baik, mulai dari bangunan monumental seperti candi, gapura, dan kolam kolam besar. Candi-candi yang terdapat disana seperti Candi Tikus, Candi Bajang Ratu, Candi Brahu menunjukan detail keindahan ukiran dan simbolisme Hindu-Budha.

Sistem irigasi yang terdapat di trowulan juga memperlihatkan kemajuan teknologi Majapahit dalam mengelola sumber daya air. Kolam Segaran bisa menjadi contoh dimana kolam besar yang bisa menyimpan banyak air dan bisa dimanfaatkan.

Selain itu Trowulan juga dipercaya menjadi pusat perdagangan dengan pelabuhan yang sibuk, menjadi pusat lalu lalang kapal-kapal dari India, Tiongkok, dan Timur Tengah sehingga menghubungkan Nusantara dengan dunia luar. Barang-barang seperti rempah-rempah, emas dan tekstil mengalir ke kota ini bahkan bisa dibilang Trowulan menjadi pusat ekonomi terbesar di abad ke-14 hingga abad ke-15.

Trowulan bukan hanya sebuah situs sejarah melainkan merupakan simbol kejayaan Nusantara dimasa lalu. Kisah mengenai Majapahit juga seringkali menjadi inspirasi bagi pembangunan identitas nasional. Hal ini bisa dilihat dari semboyan Bhineka Tunggal Ika yang merupakan karya sastra yang berasal dari era Majapahit. [IQT]