Koran Sulindo – Sejumlah pakar lingkungan mengapresiasi Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan yang mengangkat kegiatan bertema “Cinta Ciliwung Bersih” dalam rangka merayakan HUT ke-48 pada Minggu (10/1).
Dengan kegiatan itu, PDI Perjuangan akan melaksanakan penanaman pohon di sekitar sungai di seluruh Indonesia yang akan dilakukan serentak. Pemusatan kegiatan adalah di Sungai Ciliwung.
Pengamat Lingkungan Universitas Indonesia Tarsoen Waryono menilai, ide yang diangkat PDI Perjuangan sangat bagus dan menunjukkan visi berkelanjutan sebagai partai pelopor.
“Karena Ciliwung sebenarnya merupakan barometer pengelolaan Derah Aliran Sungai di Indonesia, karena melintas dari hulu di Bogor dan ibukota negara yakni Jakarta. Program pengelolaan Daerah Aliran Sungai oleh PDIP sangat baik dan saya mendukung,” kata Waryono, Sabtu (9/1).
Kendati demikian, Waryono memberikan catatan bahwa Daerah Aliran Sungai merupakan wilayah dengan pemangku kepentingan masing-masing. Seperti Desa, Kelurahan, Kecamatan, Kota dan Kabupaten. Meski ada yang mengelola secara resmi, sehingga perlu koordinasi dengan pihak-pihak yang berkepentingan.
“DAS di bawah naungan pengelolaan KLHK ada Dirjennya, Direktur dan seterusnya. Di sisi lain pengelolaannya juga menjadi wewenang Gubernur dengan Korwil-korwilnya. Karenanya perlu koordinasi dan gotong royong dalam pengelolaan,” jelas Waryono.
Senada dengan Waryono, Ahli lingkungan hidup Indonesia, Masnellyarti Hilman mangapresiasi ide yang diangkat partai berlambang banteng itu. Mengingat, sudah seharusnya semua pihak melihat faktor lingkungan yang akan berpengaruh kepada sektor lainnya.
“Untuk sungai akan berpengaruh pada penggunanya. Antara lain pertanian, perikanan. Lalu sumber air minum yang memerlukan kualitas air yang baik, tidak tercemar. Guna meningkatkan kualitas air biayanya cukup tinggi. Dan bila ada zat pencemar yang tidak terolah melalui air minum atau melalui rantai makanan, akan mengkontaminasi manusia,” jelas perempuan yang akrab disapa Nelly ini.
Nelly melanjutkan, untuk membersihkan sungai memerlukan biaya besar. Ia lalu mencontohkan pembersihan sungai di Gowanus Canal di New York, Amerika Serikat, yang tercemar limbah industri dan sewerage.
Dijelaskan, di daerah tersebut ada sebuah lumpur yang dinamai “black mayonnaise”, yang amat berbahaya sebab mengandung logam berat, benzene, dan minyak. Juga bakteri-bakteri patogen seperti typhus, kolera dan lainnya. Total, kata Nelly, pembersihan menghabiskan biaya USD 1,5 miliar atau sekira Rp 21 triliun untuk pembersihan lumpur tersebut.
“Tentunya upaya pembersihan sungai akan mahal. Tapi bila tidak dilakukan maka air yang terkontaminasi saat ini akan terus meningkat dan dampak utama pada kesehatan manusia,” terang mantan Deputi VII Bidang Peningkatan Konservasi Sumber Daya Alam dan Pengendalian Kerusakan Lingkungan Kementerian Lingkungan Hidup Indonesia.
Untuk PDI Perjuangan, Nelly berpesan, agar memberi perhatian dengan mendorong pemerintah melakukan pelaksanaan pembangunan pemulihan sungai-sungai di Indonesia dan mencegah terjadinya pencemaran dengan program pengawasan.
“Membangun infrastruktur ramah lingkungan sehingga 2030 target pencapaian SDGs goals tercapai. Karena sungai yang terjadi pendangkalan akibat lumpur dan sampah, penggundulan hutan menyebabkan pada musim hujan menimbulkan banjir dan longsor,” jelas Nelly.
Selain itu, kata Nelly, PDIP perlu memikirkan juga bagaimana memperbaiki tata ruang di Indonesia. Dijelaskannya, jika publik kerap mendengar ada rumah terbawa arus sungai, rusaknya jembatan, tak bisa ke kantor karena banjir, hal itu karena banyaknya pembangunan tanpa mengindahkan tata ruang yang ramah lingkungan.
“Dari data BNPB menyebutkan bahwa bencana yang diakibatkan oleh hidrometeology sangat tinggi. Dan akibat lainnya, hilangnya biodiversity yang merupakan sumber daya yang penting,” kata Nelly.
Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto menyampaikan bahwa HUT partainya yang ke-48 mengangkat salah satu subtema Cinta Ciliwung Bersih, yang merupakan kelanjutan program Merawat Bumi. HUT ini akan dilakukan bersama dengan gerakan penghijauan serentak dan sekaligus gerakan membersihkan sungai se-nasional pada Minggu (10/1).
Hasto pun memastikan acara yang dilakukan serentak ini menjaga kedisiplinan protokol kesehatan Covid-19. Ketua Umum Megawati Soekarnoputri dan Presiden Joko Widodo selalu mengingatkan seluruh rakyat Indonesia disiplin menjalankannya.
“Mengapa sungai? Bicara sungai maka sebenarnya berbicara soal peradaban manusia. Sebab sungai membawa air dan nutrisi ke area di seluruh bumi. Jangan hanya membayangkan sebagai saluran drainase. Tetapi sebagai sebuah habitat, yang menyediakan habitat dan makanan yang sangat baik bagi banyak organisme di bumi,” kata Hasto.
“Maka ketika sungai tercemar, semua makhluk hidup yang terkaitnya, juga kehidupan sekitarnya, akan tercemar. Beras yang kita makan di kota, bisa jadi adalah dari padi yang ditanam di wilayah diairi sungai tercemar merkuri, misalnya. Sehingga membiarkan sungai tercemar, sama saja mengancam peradaban manusianya,” kata Hasto.
Laporan dari berbagai lembaga resmi pemerintahan dan swadaya masyarakat, setiap tahun ratusan ribu anak Indonesia menjadi korban pencemaran sungai di Indonesia. Seperti Sungai Brantas dan Sungai Citarum.
“Kalau kita membiarkan ini, maka sama saja pembunuhan masa depan generasi kita. Sama saja kita membiarkan peradaban Indonesia segera mati justru karena kita tak memelihara sungai dengan baik dan benar,” kata Hasto. [CHA]