Menteri Keuangan Indonesia Sri Mulyani Indrawati dan Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timur Leste Rodrigo Chaves dalam sebuah acara.

Koran Sulindo – Juni 2018 memang bulan istimewa bagi Indonesia. Selain ada begitu banyak hari yang diperingati umat beragama dan seluruh bangsa ini, Bank Dunia juga tampaknya begitu bermurah hati kepada Indonesia untuk memberikan pinjaman.

Bayangkan saja. Pada awal Juni, tanggal 2, Kepala Perwakilan Bank Dunia untuk Indonesia dan Timur Leste Rodrigo Chaves menginformasikan, lembaganya menyetujui permohonan pinjaman US$ 300 juta atau sekitar Rp 4,2 Triliun (kurs Rp 14.000) untuk Indonesia. Pinjaman tersebut diproyeksikan untuk meningkatkan prasarana dan pelayanan dasar yang relevan dengan pariwisata, memperkuat hubungan ekonomi lokal dengan kepariwisataan, dan menarik investasi swasta di Indonesia.

Dinyatakan Chaves, sebanyak lebih dari 2,8 juta penduduk Indonesia akan mendapat manfaat dari jalan dan akses ke pelayanan dasar yang lebih baik dari pengembangan sektor pariwisata. “Kalau direncanakan dan dikelola dengan baik, pariwisata dapat menghasilkan lapangan kerja yang besar dan melipatgandakan pendapatan bagi Indonesia. Infrastruktur dasar yang lebih baik dan belanja oleh para pengunjung dapat menghasilkan efek ekonomi yang signifikan di daerah-daerah yang memiliki keterbatasan untuk pemerataan kemakmuran,” ungkap Chaves melalui pernyataan tertulisnya, sebagaimana diberitakan Antara, Sabtu (2/6).

Bantuan pendanaan, lanjutnya, dapat mendukung alokasi anggaran dari APBN untuk pembangunan infrastruktur terpadu di kawasan pariwisata nasional. Investasi proyek pariwisata ini akan dimulai pada tiga tujuan utama: Pulau Lombok di Nusa Tenggara Barat; segitiga Borobudur-Yogyakarta-Prambanan di Jawa, dan; Danau Toba di Sumatera Utara.

Diharapkan, pengembangan kawasan di ketiga destinasi tersebut dapat meningkatkan jumlah pengunjung tahunan menjadi 27,3 juta pada 2041 atau naik signifikan dari 15,3 juta pengunjung pada 2015. Belanja wisatawan tahunan juga diperkirakan akan meningkat, menjadi US$ 3,3 miliar pada 2041 dari sebelumnya sebesar US$ 1,2 miliar pada 2015. Investasi swasta di bidang pariwisata juga diperkirakan akan meningkat lebih dari 13 kali lipat, menjadi US$ 421 juta.

Manfaat tambahan dari proyek ini termasuk peningkatan akses ke sumber air bersih, layanan pengumpulan limbah padat berkelanjutan, dan perbaikan sanitasi yang dapat menguntungkan lebih dari 2,8 juta orang. Proyek ini juga akan berusaha memperbaiki manajemen aset alam dan budaya, yang sangat penting bagi pertumbuhan sektor pariwisata.

Adapun investasi dalam sumber daya manusia akan memberikan kepastian kepada masyarakat lokal agar dapat memperoleh manfaat jangka panjang dari peningkatan kinerja sektor pariwisata.  “Proyek ini akan membantu meningkatkan koordinasi antara pemerintah pusat, provinsi dan daerah serta memobilisasi sumber daya menuju tujuan bersama yang berlandaskan rencana induk pariwisata terpadu yang disiapkan untuk setiap tujuan,” ujar World Bank Senior Private Sector Specialist, Bertine Kamphuis, menambahkan.

Untuk proses persiapannya, proyek ini telah mendapat dukungan dari Australian Government Department of Foreign Affairs and Trade (DFAT); the Swiss State Secretariat for Economic Affairs (SECO), dan; the Kingdom of the Netherlands.